Bunyagith menuturkan, pemerintah berencana meminjamkan modal untuk peternak kecil dan anak babi baru untuk membangun bisnis mereka.
Namun, para peternak tak memercayai pemerintah dan ragu peternakan babi bisa menjamin hidup mereka, setidaknya sampai vaksin ditemukan.
Jamnian Iangjiam, salah satu peternak, mengatakan dia berhenti beternak babi setelah dua kali mencoba bangkit dengan anak babi baru. Namun anak babi ini terkena penyakit juga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kini utang karena saya menggunakan tabungan terakhir saya untuk memelihara babi baru, dan saya kini tak punya apa-apa," kata Jamnian.
Sampai kasus ASF dikonfirmasi bulan ini, hampir 100 ribu peternak kecil atau pemelihara 50 babi bangkrut, menyisakan hanya 79 ribu pemain.
Akibat masalah ini, ternak nasional turun menjadi 10,85 juta, setelah tahun sebelumnya mencapai 13,1 juta.
Peternak babi di Thailand berkontribusi atas 30 persen produksi daging babi negara itu, yang mana setara dengan 19 juta sampai 20 juta babi. Sebanyak 18 juta dikonsumsi secara domestik dan sisanya diekspor.
Meski peternak kecil menderita, saham produsen makanan terbesar Thailand, Charoen Pokphand Foods Pcl, melonjak ke level tertinggi pada Januari. Saham rekannya, Thaifoods Group Pcl, mencapai yang tertinggi sejak April.
Menurut Kevalin Wangpichayasuk dari Kasikorn Research Center, pengecilan pasar peternak kecil mengancam implikasi harga pangan.
"Peternak kecil menghilang membuat sedikit pemain dan kompetisi yang lebih rendah, yang akan berdampak pada harga," ujar Kevalin kepada Reuters.
(pwn/bac)