Amerika Serikat memutuskan untuk mencabut sanksi atas Iran demi kelancaran perundingan kesepakatan nuklir yang kini mandek. Namun, Iran menganggap langkah AS itu masih kurang.
"Pencabutan sebagian sanksi atas Iran bisa diterjemahkan sebagai iktikad baik mereka. Amerika membicarakannya, tapi itu hanya di atas kertas dan tak cukup baik," ujar Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian, seperti dikutip kantor berita Iran, ISNA, Sabtu (5/2).
Sebagaimana dilansir AFP, Amir-Abdollahian menyatakan pendapatnya setelah AS mengumumkan pencabutan sanksi atas program nuklir sipil Iran agar Teheran mau membahas kembali kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan pencabutan itu, negara-negara dan perusahaan dunia dapat berpartisipasi dalam program nuklir sipil Iran tanpa takut dijatuhi sanksi oleh AS. Program nuklir sipil itu mencakup menambah pasokan uranium yang sudah diperkaya.
Amir-Abdollahian mengatakan bahwa selain pencabutan sanksi, Iran juga membutuhkan kepastian bahwa AS tak lagi menarik diri secara sepihak di masa mendatang. JCPOA memang sempat kandas karena Presiden Donald Trump menarik diri secara sepihak pada 2018 lalu.
Namun sejak Presiden Joe Biden menjabat, AS dan Iran terus melangsungkan dialog dengan bantuan sekutu negara Eropa di Wina demi mencoba menghidupkan kembali JCPOA. Menurut Biden, perjanjian JCPOA efektif membuat Iran patuh menangguhkan program nuklirnya.
Perjanjian yang diteken oleh negara anggota tetap DK PBB beserta Jerman itu mewajibkan Iran membatasi pengayaan uranium hingga 3,67 persen, jauh dari keperluan mengembangkan senjata nuklir yaitu 90 persen.
Sebagai timbal balik, negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran. Namun setelah menarik diri, AS kembali menerapkan sanksi yang membuat Iran geram.
(has)