Diplomat UE Ingatkan Eropa Dalam Momen Berbahaya Sejak Perang Dingin

CNN Indonesia
Selasa, 08 Feb 2022 02:49 WIB
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebut Eropa tengah menghadapi ancaman keamanan paling serius sejak Perang Dingin. REUTERS/SERGEY PIVOVAROV).
Jakarta, CNN Indonesia --

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyebut Eropa tengah menghadapi ancaman keamanan yang paling serius sejak Perang Dingin. Hal itu ia katakan menyusul ketegangan yang terjadi antara Rusia dan Ukraina belakangan ini.

Karena potensi ancaman itu, ia terus menyuarakan harapan agar resolusi diplomatik antara Rusia dan Ukraina segera dibuat sehingga ketegangan kedua negara bisa selesai.

"Menurut pemahaman saya, saat paling berbahaya bagi keamanan di Eropa setelah berakhirnya Perang Dingin. Tidak ada yang mengumpulkan 140 ribu tentara bersenjata lengkap di perbatasan suatu negara jika tidak ada masalah. 140 ribu tentara berkumpul di perbatasan tentunya bukan untuk pergi minum teh," kata Borrellseperti dikutip dari AFP, Selasa (8/2).

Para pejabat AS mengatakan Moskow telah mengerahkan 110 ribu tentara di dekat perbatasan dengan Ukraina. Mereka sedang berada di jalur untuk mengumpulkan kekuatan yang cukup besar; sekitar 150 ribu tentara.

Kalau itu terjadi, invasi skala penuh bisa terjadi dalam beberapa minggu ke depan. Menteri Luar Negeri Antony Blinken mengatakan Washington mengkhawatirkan mengkhawatirkan itu semua.

"Ini bukan alarmisme. Ini hanya fakta," katanya.

Baik Amerika Serikat dan Uni Eropa mengancam akan menjatuhkan sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya jika Presiden Rusia Vladimir Putin berani  menginvasi Ukraina.

"Kami tidak percaya bahwa Presiden Putin telah membuat keputusan, tetapi dia telah menempatkan kapasitasnya, jika dia memutuskan demikian, untuk bertindak sangat cepat terhadap Ukraina, dan dengan cara yang akan memiliki konsekuensi buruk bagi Ukraina, bagi Rusia, tapi konsekuensinya juga untuk kita semua," kata Blinken.

Namun demikian, baik Blinken dan Borrell menekankan bahwa diplomasi masih bekerja keras untuk membawa kebuntuan ke resolusi damai.

(afp/agt)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK