Taliban Tahan 8 Warga AS dan Inggris di Afghanistan
Sedikitnya delapan warga Barat dilaporkan ditahan Taliban di Afghanistan dalam dua bulan terakhir tanpa alasan yang jelas. Penahanan pada delapan warga asing ini disebut tidak melibatkan tuntutan resmi apa pun.
Menurut sumber, seperti dilansir CNN pada Jumat (11/2), delapan warga tersebut adalah tujuh warga Inggris yang salah satunya tinggal di Amerika Serikat (AS). Satu warga lainnya adalah warga AS.
Mantan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh juga menyinggung penahanan tersebut. Ia bahkan menyebut sembila orang yang ditahan Taliban, salah satunya adalah Andrew North, mantan wartawan BBC yang berada di negara itu dan kini bekerja untuk PBB.
Nama warga Barat lainnya yang turut disebutkan adalah Peter Jouvenal yang telah bekerja dengan BBC dan CNN. Keduanya adalah warga negara Inggris. Alasan untuk penahanan tersebut tidak jelas dan dianggap tidak berkaitan satu sama lain.
Kabar penahanan yang menimpa Jouvenal dikonfirmasi keluarga dan teman-temannya. Pihak keluarga Jouvenal juga mengatakan bahwa penahanan ini kemungkinan merupakan kekeliruan.
Mereka juga mengungkapkan kondisi kesehatan Jouvenal yang mengidap komplikasi. Sehingga penahanan bisa membahayakan Jouvenal.
"Dia seorang Muslim dan mengetahui Afghanistan lebih baik daripada orang asing kebanyakan. DIa juag telah menikah dengan warga Afghanistan," kata pihak keluarga.
"Dia menderita tekanan darah tinggi dan membutuhkan pengobatan. Ada ancaman infeksi COVID-19 yang tinggi di sistem penjara Afghanistan," imbuhnya.
Kemudian istri dari North, Natalia Antelava, juga mengkonfirmasi kabar penahanan suaminya.
"Terima kasih semuanya atas pesan Anda. Andrew berada di Kabul bekerja untuk UNHCR mencoba membantu rakyat Afghanistan," cuit Antelava pada Jumat (11/2).
"Kami sangat prihatin dengan keselamatannya & meminta siapa pun yang memiliki pengaruh untuk membantu mengamankan pembebasannya," tambahnya.
North berada di Afghanistan bertugas untuk badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR). Lembaga yang berada di bawah PBB itu menyinggung situasi tersebut lewat cuitan pada hari Jumat (11/2)
"Kami melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan situasi, berkoordinasi dengan yang lain. Kami tidak akan memberikan komentar lebih lanjut mengingat sifat situasinya," kata pernyataan itu.
Rangkaian penahanan yang dilakukan Taliban ini disebut menandai eskalasi tajam tindakan Taliban pada orang-orang 'Barat' yang tinggal di Afghanistan.
Taliban kembali berkuasa setelah militer AS mundur dari Afghanistan pada Agustus lalu. Sejak saat itu, kelompok tersebut tampak mencari pengakuan sebagai pemerintah Afghanistan yang sah.
(lnn/chri)