Duta Besar Republik Indonesia di Kiev, Ghafur Dharmaputra, mengatakan belum ada rencana evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Ukraina dalam waktu dekat, dan belum meminta mereka kembali ke Jakarta, menyusul konflik yang kian panas dengan Rusia.
"Proses diplomasi masih berlangsung. Situasi masih kondusif," kata Ghafur kepada CNNINdonesia.com, Selasa (15/2), saat ditanya ada atau tidak perintah untuk para WNI kembali ke Indonesia.
Mengingat konflik yang terus meningkat antara Rusia dan Ukraina di wilayah perbatasan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di negara tersebut mengeluarkan sejumlah imbauan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagi para WNI yang merencanakan berkunjung ke Ukraina dalam waktu dekat, agar menunda rencana perjalanannya hingga situasi kembali tenang," demikian imbauan itu.
Lihat Juga :![]() BREAKING NEWS Rusia Tarik Pasukan di Dekat Ukraina |
KBRI juga mengimbau, bagi para WNI yang berada di Ukraina agar tetap tenang, menghindari keramaian, dan senantiasa memantau perkembangan keadaan.
Selain itu, mereka juga diminta untuk memverifikasi pemberitaan di media dengan sumber resmi, serta memantau secara berkala mengenai perubahan kebijakan perlindungan WNI di media sosial KBRI Kiev.
Bagi para WNI di Ukraina yang belum melapor, agar segera bergabung dalam grup Whatsapp WNI supaya memudahkan pengawasan keberadaan, kondisi, serta keselamatan. Mereka diimbau menghubungi hotline KBRI Kyiv di No. WA +380 503347917
Sebelumnya, Ghafur juga mengatakan kondisi di Kiev masih tenang dan tak ada penjagaan yang berarti.
Ia juga menyadari ramai pemberitaan di media soal invasi Rusia, latihan militer antara Rusia dan Belarus, dan latihan Angkatan Laut Moskow di Laut Hitam.
Namun, ia bisa memastikan, kondisi staf Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) dan warga negara Indonesia (WNI) di Ukraina juga dalam keadaan sehat.
Meski demikian, ia tetap memiliki rencana kontingensi jika situasi memburuk.
"KBRI memiliki Rencana Kontingensi, termasuk evakuasi sekiranya situasi dan kondisi memburuk dan mengancam keselamatan jiwa," ucap dia Senin (14/2) kemarin.
Amerika Serikat menuding Rusia akan melakukan invasi, namun mereka membantahnya dan balik menuding Washington memanfaatkan kondisi tersebut untuk mengendalikan kawasan.
Rusia juga menuduh anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) bertanggung jawab atas konflik itu. Sebab, menurut mereka blok ini terus melakukan perluasan dan mengerahkan militer di wilayah perbatasan.
Di tengah konflik Rusia dan Ukraina yang mencapai titik kritis, sejumlah komunitas internasional mencoba menggelar upaya diplomasi termasuk Uni Eropa dan Turki guna menghindari perang.
Namun diplomasi itu tak menuai hasil. Amerika Serikat dan Inggris bahkan yakin Rusia bisa menyerang kapan saja.