Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali menegaskan sebagian besar wilayah Ukraina, terutama bagian timur negara itu, merupakan wilayah kuno Rusia.
Pernyataan itu diutarakan Putin setelah mengumumkan pengakuan Rusia atas kemerdekaan Donetsk dan Luhansk, dua wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Moskow.
Dalam pidato berapi-apinya pada Senin (21/2) malam, Putin bahkan menganggap Ukraina tidak pernah memiliki riwayat berdiri sebagai negara sendiri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ukraina tidak pernah memiliki tradisi kenegaraannya sendiri. Apalagi, bagian timur negara itu adalah tanah Rusia kuno," ucap Putin seperti dikutip CNN.
Putin bahkan menuduh pemerintah Ukraina menganiaya warga keturunan Rusia dan fasih berbahasa negaranya.
Sebagian warga Ukraina, terutama di Donetsk dan Luhansk memang lebih fasih berbicara bahasa Rusia. Mayoritas penduduk di dua wilayah itu pun lebih dekat dengan kultur budaya Rusia.
Karena itu, Putin menegaskan penting bagi Rusia untuk mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.
"Ada pun mereka yang merebut dan memegang kekuasaan di Kiev, kami menuntut segera diakhirinya operasi militer mereka," kata Putin seperti dikutip AFP.
"Jika tidak, semua tanggung jawab untuk kemungkinan pertumpahan darah lanjutan akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab rezim yang berkuasa di Ukraina," paparnya menambahkan.
Putin bahkan menakut-nakuti bahwa taruhan konflik Moskow dan Kiev ini lebih besar dari Ukraina dan upaya negara itu bergabung dengan NATO dan Uni Eropa.
"Penggunaan Ukraina sebagai instrumen konfrontasi dengan negara kami merupakan ancaman serius, sangat besar bagi kami," ucap Putin.
Meski ditentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan banyak negara, Rusia tetap mengakui deklarasi kemerdekaan Donetsk dan Luhansk menjadi Ukraina timur.
Dalam dekrit yang diteken Putin, Rusia bahkan berencana membangun pangkalan militer dan mengerahkan pasukan ke Donetsk dan Luhansk.
Moskow mengklaim pasukan itu merupakan pasukan penjaga perdamaian. Namun, Amerika Serikat dan sekutu percaya pengerahan pasukan itu adalah untuk melancarkan invasi skala besar ke Ukraina.
Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Linda Thomas-Greenfield, mengatakan pengakuan kemerdekaan Ukraina timur juga merupakan dalih Rusia untuk melancarkan invasi Ukraina.
"Klaim Putin bahwa pasukan Rusia yang telah memasuki dua wilayah itu adalah 'pasukan penjaga perdamaian' itu omong kosong. Kita semua tahu pasukan apa itu," kata Greenfield seperti dikutip CNN.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh Rusia menghancurkan upaya pembicaraan damai dalam menyelesaikan krisis antara dua negara, Selasa (22/2).
Zelensky juga menegaskan Ukraina "tidak akan memberikan apa pun kepada siapa pun" merujuk pada wilayah timur negaranya yang kini bergolak di tengah ancaman invasi Rusia.
"Kami berada di tanah kami, kami tidak takut terhadap apa pun dan terhadap siapa pun, kami tidak berhutang pada siapa pun, dan kami tidak akan memberikan apa pun kepada siapa pun. Dan kami yakin soal ini," kata Zelensky melalui sebuah video.
Zelensky juga menegaskan wilayah teritorial dan kedaulatan Ukraina tetap sama terlepas dari deklarasi Rusia soal kemerdekaan Ukraina timur.