Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengatakan negaranya dan sekutu akan bersatu melawan agresi Rusia di Ukraina usai Presiden Vladimir Putin mengakui dua wilayah yang dikuasai kelompok separatis dan mengerahkan tentara dengan dalih penjaga perdamaian.
"Kami bersatu mendukung Ukraina. Kami bersatu akan melawan agresi Rusia. Kami bersatu dalam tekad mempertahankan aliansi kami," kata Biden saat pidato di Gedung Putih, Selasa (23/2) dikutip CNN.
Ia kemudian berujar, "Keseriusan ancaman Rusia mengganggu perdamaian dan stabilitas global."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Biden, secara eksplisit Rusia mengancam perang jika tuntutan mereka tak dipenuhi.
Tuntutan Moskow di antaranya Ukraina tak bergabung dengan Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), NATO tak memperluas ekspansi di Eropa Timur, NATO menarik pasukan di Eropa Timur, melarang penempatan alat tempur militer, dan melarang aktivitas NATO di Eropa Timur.
"Jadi kita jelas sedang menghadapi tantangan," lanjut Biden.
Meski demikian, masih ada waktu untuk menghindari peperangan. Washington dan para sekutu siap menggelar diplomasi dengan Rusia menyoal krisis di Ukraina.
Saat semua yang telah disebutkan dilakukan dengan baik, AS akan menilai Rusia dari tindakan mereka, bukan kata-katanya.
"Dan apapun yang dilakukan Rusia selanjutnya, kami siap merespons dengan kesatuan, kejelasan dan keyakinan," tegas Biden.
Krisis antara Ukraina dan Rusia semakin meningkat usai Putin mengakui kemerdekaan wilayah yang dikuasai kelompok separatis Donetsk dan Luhansk.
Usai melontar pernyataan itu, dia menandatangani pengiriman pasukan ke Ukraina timur dengan dalih menjaga perdamaian di perbatasan.
Pemerintah Ukraina, menganggap keputusan Putin hanya alasan agar bisa melakukan agresi militer lebih lanjut. Beberapa negara juga menyatakan hal serupa. Inggris, misalnya, menyebut invasi Moskow sudah dimulai.
Tindakan Putin juga memicu kemarahan komunitas internasional di tengah ketegangan di perbatasan Ukraina.
Sebelum ada pengakuan Putin, pemimpin di kedua wilayah itu juga mengklaim mendapat serangan dari pasukan Ukraina, namun Kiev membantah.
Demi keamanan, mereka lalu meminta warga untuk menyeberang ke Rusia. Per Senin (21/2) sudah ada 61 ribu pengungsi dari Donbas yang tiba di Negeri Beruang Merah.
Kelompok separatis kedua wilayah itu dan pasukan Ukraina kerap bertempur usai Rusia mencaplok Crimea pada 2014 lalu.