Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan hujan rudal Rusia tidak akan menghancurkan kebebasan rakyatnya.
Zelensky kemudian menegaskan akan memaksa Rusia bernegosiasi dengan pihaknya guna mengakhiri invasi cepat atau lambat menyusul gempuran yang terus dilakukan Moskow.
"Cepat atau lambat, Rusia harus berbicara dengan kami untuk mengakhiri operasi militer ini, untuk mengakhiri invasi ini, dan semakin cepat dialog ini digelar, semakin sedikit kerugian Rusia," kata Zelensky dalam video yang dikutip CNN, Jumat (25/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan Rusia terhadap Ukraina terjadi di beberapa lokasi. Pasukan Moskow bahkan kini berada di lokasi yang hanya berjarak 32 kilometer dari Kiev. Namun Zelensky tak gentar.
"Kami ada di tanah kami, kami punya kebenaran, mereka tak bisa menghancurkan kami. Rudal Rusia tak akan bisa melawan kebebasan kami," ucap dia lagi.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para pedemo di Rusia yang menentang invasi ke Ukraina.
"Kepada semua warga Federasi Rusia yang ikut memprotes, saya ingin bilang kami memperhatikan Anda. Itu artinya Anda mendengar kami," ujar Zelensky.
Pada Kamis (24/2) ribuan warga Rusia menggelar protes anti-perang di sejumlah kota.
Menurut koresponden AFP, ribuan orang berkumpul di dekat Pushkin Square, di pusat kota Moskow. Sekitar seribu orang lain menggelar aksi demonstrasi di Saint Petersburg.
Namun mereka harus menghadapi penangkapan massal dari pihak berwenang Rusia. Menurut Media independen yang konsen dengan kasus-kasus Hak Asasi Manusia (HAM) di Rusia, OVD-Info, mencatat hampir 1.700 orang ditahan di 53 kota Rusia.
Rusia mulai menginvasi ukraina setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer ke Donbas, wilayah Ukraina Timur, yang dikuasai kelompok separatis.
Kemudian pasukan Rusia mulai masuk perbatasan. Tak lama setelah itu terjadi ledakan di sejumlah kota termasuk ibu kota Ukraina, Kiev.
Sejak invasi itu, Rusia mengklaim berhasil melumpuhkan 84 fasilitas militer. Pasukan Rusia juga telah bergerak ke hampir seluruh kota strategis di Ukraina. Mereka disebut telah menguasai fasilitas nuklir Chernobyl.
Pertempuran antara pasukan Rusia-Ukraina tak bisa dihindari dan menimbulkan korban jiwa. Hingga kini, tercatat ada 137 orang yang tewas.