Konflik panas antara Rusia vs Ukraina terhitung sudah tiga hari sejak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan perintah operasi militer di wilayah Donbas yang terletak di timur Ukraina pada Kamis (24/2) pagi lalu.
Putin membeberkan dua alasan utama pihaknya melancarkan invasi ke Donbas, Ukraina, yang dikuasai kelompok separatis pro-Moskow. Pertama, karena pemimpin separatis daerah itu telah meminta bantuan Rusia terkait klaim serangan pasukan Ukraina ke wilayah mereka.
"Republik Rakyat Donbas menyampaikan permintaan bantuan ke Rusia. Sehubungan dengan itu, saya membuat keputusan melancarkan operasi militer khusus," kata Putin dalam pidatonya yang disiarkan di televisi dikutip TASS, Kamis (24/2) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan kedua Putin melancarkan invasi adalah klaimnya untuk melindungi warga di Donbas yang selama ini menjadi target 'pelecehan hingga genosida' dari pemerintah Ukraina selama delapan tahun terakhir.
Adapun konflik antara Ukraina-Rusia semakin membara usai Putin mengakui wilayah di Ukraina timur, Donetsk dan Luhansk, dua wilayah yang dikuasai kelompok separatis pro-Moskow. Putin juga mengerahkan pasukan militernya di dua wilayah tersebut dengan dalih penjaga perdamaian.
Beberapa jam setelah pengumuman disampaikan ada ledakan di dua kota di Ukraina yakni di ibu kota Kiev dan Kota Kharkiv. Usai serangan itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku mencoba menelpon Putin namun tidak digubris.
Kecaman dilancarkan sejumlah pihak termasuk dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang meminta Putin menarik mundur pasukannya namun tidak digubris.
NATO, Uni Eropa juga bersuara namun kecaman tak didengar. Invasi terus dilancarkan Rusia ke Ukraina. Sanksi ekonomi juga dijatuhkan pada negeri beruang merah tersebut.
Ukraina lantas memberlakukan darurat militer.Ukraina menyatakan Rusia menyerang dari tiga sisi yakni dari sisi timur yang berbatasan langsung dengan Ukraina, dari utara atau dari wilayah Belarusi dan dari arah selatan atau dari Crimea.
Kemarin sejumlah wilayah Ukraina mulai berjatuhan, termasuk wilayah Chernobyl yang dulu pernah ada reaktor nuklir. Pangkalan udara dan pangkalan militer Ukraina juga bisa dihancurkan Rusia.
Pada hari ini, dilaporkan invasi Rusia ke Ukraina juga makin memanas. Berbagai serangan dan ledakan terus terdengar di Kiev. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut pasukan Rusia saat ini sudah makin mendekat ke ibu kota negara tersebut.
Zelensky mengumumkan setidaknya ada 137 prajurit Ukraina tewas dan 316 lainya terluka akibat serangan Rusia. Sedangkan Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan sebanyak 1.000 anggota militer tewas dalam serangan invasi Rusia pada Jumat (25/2) waktu setempat.
Adapun dalam pesan video yang diunggah di Facebook pada Kamis (24/2), ia juga sempat mengungkapkan bahwa Ukraina kini sendirian dan ditinggal oleh blok barat, terutama Pakta Pertahanan Negara Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat (AS).
Melihat pertumpahan darah di negerinya, Zelensky menyatakan bakal berupaya menghentikan lebih banyak korban meninggal, salah satunya dengan bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Saya ingin berbicara dengan Presiden Federasi Rusia sekali lagi. Ada pertempuran di seluruh Ukraina saat ini. Mari duduk di meja negosiasi untuk menghentikan kematian lebih banyak orang," ucap Zelensky dalam pesan video pada Jumat (25/2).
Sembari menanti jawaban Putin, Zelensky kembali mendesak sanksi internasional kepada Rusia. Ia memohon negara-negara dunia agar menjatuhkan sanksi lebih berat kepada Rusia.
Sementara Rusia menyatakan masih membuka pintu dialog dengan Ukraina.Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan syarat utama pintu dialog terbuka adalah jika tentara Ukraina bersedia menyerah.
Hingga kini, militer Rusia telah bergerak hampir ke seluruh kota strategis Ukraina. Rusia mengklaim berhasil melumpuhkan 74 fasilitas militer Ukraina. Pasukan Rusia juga telah menguasai fasilitas nuklir Chernobyl di Ukraina utara, salah satu tempat terjadinya bencana nuklir paling parah di dunia.
Menurut keterangan Agensi Manajemen Zona Eksklusi, lembaga resmi Pemerintah Ukraina, militer Rusia telah menduduki situs nuklir tersebut sejak hari pertama invasi.
Amerika dan sekutu telah menjatuhkan sederet sanksi bagi Rusia. Meski demikian, Amerika menegaskan hingga kini tidak akan menerjunkan pasukan atau bantuan militer untuk membantu Ukraina melawan Rusia.
NATO pun belum memutuskan respons militer terkait konflik ini, salah satunya karena Ukraina bukan anggota aliansi tersebut. Namun, negara-negara NATO seperti Polandia, Estonia, Latvia, dan Lithuania telah menyuarakan memberlakukan Pasal 4 NATO terkait serangan Rusia ke Ukraina.
Perkembangan terbaru hari ini, pasukan Rusia sudah bisa menembus ibu kota Kiev. Pertempuran jalanan dikabarkan terjadi di kota terbesar di Ukraina itu
Lihat Juga : |