Turki menilai permintaan Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap Ukraina tidak masuk akal dan tak mendukung upaya gencatan senjata tengah yang dilakukan, Selasa (1/3).
"Usulan Rusia yang muncul dalam negosiasi gencatan senjata agak tinggi dan tidak masuk akal," kata juru bicara kantor kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, Selasa (1/3), dikutip dari CNN.
Ia juga mewanti-wanti peningkatan serangan militer di Ukraina oleh Putin jika tak akan mendukung upaya gencatan senjata ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mulai hari ini, untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata, (permintaan Rusia) terlihat seperti isu politik besar yang tidak bisa menolong dialog gencatan senjata pada tahap ini," ujarnya lagi.
Meski demikian, Kalin mengaku optimis menyambut dialog selanjutnya yang dikatakan akal dilakukan dalam beberapa hari ke depan.
"Pertemuan pertama terjadi kemarin (Senin), dan ada beberapa tanda bagus dan diharapkan, pertemuan selanjutnya akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan," tuturnya.
Kalin juga mengatakan dampak dan konsekuensi yang harus diterima Rusia 'akan terus terjadi dalam beberapa tahun ke depan', meski permasalahan ini dapat diselesaikan.
"Kami tidak ingin mengucilkan siapa pun, dan maka dari itu kami membiarkan jalur komunikasi terbuka dengan Rusia," katanya.
Selain itu, Kalin mengungkapkan Turki tak akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia.
"Kami tidak berencana menjatuhkan sanksi apapun kepada Rusia saat ini, karena kami tidak ingin ekonomi kami mengalami dampak negatif akibat ini."
Seperti diketahui, Putin sempat menuturkan beberapa syarat bila Ukraina ingin perang ini selesai.
Pertama, ia meminta Ukraina harus bersikap netral. Kedua, Ukraina harus menghapus pengaruh 'Nazi' ataupun 'fasisme' di negara itu. Terakhir, Ukraina harus mengakui Crimea merupakan bagian dari Rusia.