Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menilai China harus menjadi mediator dialog perdamaian antara Rusia dan Ukraina. Menurutnya, negara Eropa tak dapat memenuhi peran tersebut.
"Tidak ada alternatif lain, harus China, saya yakin itu," kata Borrell dalam wawancara bersama media Spanyol, El Mundo, yang dirilis pada Jumat (4/3), dikutip dari AFP.
"Diplomasi tak hanya (dilakukan) oleh Eropa atau Amerika. Diplomasi China memiliki peran untuk dimainkan saat ini," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Borrell menyebut pihaknya belum berkomunikasi lebih lanjut dengan pihak China, begitu pula sebaliknya. China disebut belum berkomunikasi soal peluang menjadi mediator ini.
Menurut Borrell, Uni Eropa dan AS "jelas" tak bisa melakukan mediasi untuk konflik Rusia-Ukraina saat ini. Apalagi, menggunakankerangka kerja diplomatik empat arah yang melibatkan Rusia, Ukraina, Prancis, dan Jerman yang dikenal sebagai format Normandia.
Merespons invasi yang terjadi kini, China terlihat berupaya memasuki dua kubu. Beijing menolak menyebut serangan Moskow sebagai invasi untuk menjaga relasi kedua negara itu.
Namun, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, sempat menyatakan bahwa negaranya "sangat menyesali konflik yang pecah di Ukraina dan Rusia, dan memperhatikan secara ketat kerugian yang alami warga sipil."
Sementara itu, negosiator Ukraina, David Arakhamia menuturkan bahwa ronde ketiga dialog antara Moskow dan Kiev akan berlangsung pada Senin (7/3).
(pwn/end)