Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, diketahui mengadakan pembicaraan selama tiga jam dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Sabtu (5/3).
Keduanya disebut membicarakan situasi yang terjadi di Ukraina, terutama setelah Moskow meluncurkan serangan besar-besaran ke negara itu. Kremlin menyatakan, "aspek lain dari situasi di Ukraina" dibicarakan dalam pertemuan itu, dikutip dari AFP.
Sementara itu, pejabat Israel menyatakan keduanya juga membicarakan perkembangan dialog nuklir Iran di Wina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Posisi Bennett dalam konflik Rusia-Ukraina ini dilaporkan masih abu-abu. Ia sempat menekankan bahwa Israel memiliki hubungan baik dengan kedua negara tersebut.
Bennett pun tercatat sebagai pemimpin negara pertama yang duduk dengan Putin semenjak agresi militer ke Ukraina.
Sejauh ini, Bennett tak bergabung dengan negara lain yang mengecam tindakan Rusia. Ukraina juga sempat meminta Israel untuk menengahi konflik antara kedua negara itu.
Menurut laporan AFP, Bennett telah berulang kali menelpon Putin dan Zelensky. Zelensky diketahui berdarah Yahudi dan memiliki keluarga di Israel.
"Tindakan Bennett cukup berani tetapi berisiko. Banyak (keputusan) bergantung pada penilaian Putin," kata mantan Duta Besar Israel di Washington, Michael Oren, kepada AFP.
Oren juga menilai Putin menolak melakukan pendekatan diplomasi sebelum invasi diluncurkan.
"Rusia berada di posisi yang berbeda hari ini, dan Putin mungkin mencoba mencari jalan keluar dari kesulitan yang ia hadapi. Naftali Benner mungkin bisa menawarkan itu," kata Oren.
Rusia diketahui berhadapan dengan berbagai sanksi ekonomi akibat invasi ke Ukraina. Invasi itu membuat nilai mata uang Rusia, rubel, jatuh ke titik terendah sepanjang sejarah.
Tak hanya itu, Rusia harus berkutat dengan kecaman internasional dan pembatasan penerbangan dari/ke negara Eropa, serta demonstrasi dari dalam negeri akibat invasi ke Ukraina.
(pwn/end)