PM Australia Morrison Desak China Bertindak Atasi Invasi Rusia
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, mendesak China untuk bertindak demi menghentikan invasi Rusia ke Ukraina, Senin (7/3). Ia juga menilai invasi Moskow kini tak berjalan sesuai yang direncanakan Presiden Vladimir Putin.
"China telah lama mengklaim berperan sebagai salah satu kekuatan besar di dunia dan menjadi kontributor perdamaian dan stabilitas global. Tidak ada negara yang bisa memberikan dampak penyelesaian perang mengerikan ini di Ukraina, selain China," kata Morrison, Senin (7/3), dikutip dari Reuters.
Morrison juga menyatakan ia kecewa dengan sikap diam China.
"Saya mendengarkan suara pemerintah China saat mengecam aksi Rusia, dan hanya ada diam yang menakutkan," lanjutnya.
Morrison mencontohkan, banyak negara memutus perdagangan mereka dengan Rusia. Perusahaan pembayaran seperti Visa dan Mastercard juga menghentikan operasi mereka di negara itu.
Meski demikian, China malah melonggarkan tarif gandum dengan Rusia dan kemungkinan akan memasok sistem UnionPay mereka ke Moskow.
"Menurut saya, ini hanya menampung kepentingan internasional yang lebih besar. Jadi, selama mereka terus melakukan ini, saya takut pertumpahan darah akan terus terjadi."
"Sebuah busur autokrasi baru secara naluriah mendukung satu sama lain dalam mengatasi suatu masalah dan memutar ulang aturan dunia sesuai gambaran mereka," lanjutnya.
Sementara itu, China menempatkan dirinya dalam posisi netral menyikapi invasi Rusia di Ukraina. Beijing menolak menyebut serangan Moskow di Kyiv sebagai 'invasi' sembari meminta negara Barat untuk menghormat kekhawatiran keamanan Rusia.
China juga mendesak dunia untuk menyelesaikan krisis ini lewat jalur diplomasi.
Di sisi lain, Morrison juga menyatakan invasi yang dilakukan Putin tak berjalan sesuai rencana.
"Tidak ada keraguan bahwa Putin tak mendapatkan apa yang dia mau," tuturnya.
"Saya pikir dia melebih-lebihkan kapasitas bagaimana dia bisa melaksanakan perang ilegal ini. Cara dia, yang hanya mengirimkan peserta wajib militer muda ke dalam api, saya tak melihat bagaimana itu beresonansi dengan baik ke Rusia."