Sebanyak tiga orang dewasa tewas dan tiga anak terluka karena ranjau anti-personel meledak di bawah mobil mereka di sebuah jalan di wilayah Chernigiv di utara Kyiv, Ukraina, pada Selasa (8/3).
Ombudsman Ukraina Lyudmyla Denisova mengungkapkan ketiga orang dewasa meninggal di tempat sementara anak-anak dibawa ke rumah sakit terdekat dengan tingkat keparahan luka yang bervariasi.
Menurut Denisova, tewasnya warga sipil karena ranjau darat ini merupakan yang pertama kali selama pertempuran antara Rusia-Ukraina.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir AFP, dalam sebuah pernyataan di layanan pesan Telegram, Denisova menyatakan ranjau itu ditempatkan oleh pasukan Rusia. Area jalan yang korban lalui di dekat desa Kolychivka ditutupi dengan jerami dan sampah untuk menyamarkan ranjau.
Ranjau anti-personil cukup sensitif untuk dipicu oleh orang-orang yang berjalan kaki, bukan hanya oleh kendaraan.
Kendati demikian, Denisova tidak memberikan rincian tentang bagaimana ranjau itu diidentifikasi. Rusia sendiri telah melakukan gencatan senjata untuk wilayah Kyiv dan sekitarnya.
Pejabat hak asasi menekankan bahwa menggunakan ranjau anti-personil terhadap warga sipil dilarang berdasarkan hukum internasional.
Sebuah perjanjian PBB yang disepakati di Ottawa pada 1997, yang mulai berlaku dua tahun kemudian, melarang ranjau anti-personil. Ukraina menandatangani kesepakatan itu, tetapi Rusia dan Amerika Serikat tidak.
Organisasi internasional mengategorikan Ukraina sebagai sebagai salah satu negara dengan jumlah ranjau terbesar dan alat peledak lainnya yang mencemari tanah. Kondisi itu terjadi karena konflik separatis di timur negara itu yang dimulai pada 2014.
Pada 2018, tiga anak meninggal dan satu terluka dalam ledakan ranjau darat saat bermain di sebuah rumah kosong di Ukraina timur yang dikuasai pemberontak.
(afp/sfr)