Barikade Landak Besi, Molotov, dan Hari-hari Abnormal Rakyat di Kyiv

CNN Indonesia
Rabu, 09 Mar 2022 12:27 WIB
Warga Kyiv, Ukraina bersiap menghadapi kemungkinan terburuk saat Rusia bisa menembus pertahanan dan masuk ke ibu kota. Mereka bahu membahu siap melawan Rusia.
Warga memasang barikade di jalan untuk menghalangi laju pasukan Rusia. (REUTERS/GLEB GARANICH)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua pekan lalu, KyivUkraina tak ubahnya seperti kota-kota besar lainnya di dunia: pelayan toko melayani pembeli, anak-anak bersekolah, dan para karyawan bekerja di kantor.

Namun, invasi Rusia mengubah semuanya. Kehidupan warga ibu kota Ukraina itu berubah drastis dari kehidupan nyaman menjadi kehidupan yang penuh dengan ancaman.

Kyiv yang dulunya salah satu kota paling maju di Eropa, kini jadi medan tempur yang jadi salah satu benteng pertahanan terakhir Ukraina dari serbuan Rusia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga yang semua penduduk biasa, kita sudah jadi serdadu yang siaga sewaktu-waktu diserbu Rusia.

Dilansir dari CNN, seperti medan perang pada umumnya, di Kyiv saat ini dibangun parit panjang untuk perlindungan prajurit. Parit tersebut dibangun hingga di hutan di pingggiran kota.

Sementara di jalan-jalan, terpasang barikade anti tank. Barikade ini disebut landak karena bentuknya berupa besi runcing untuk menghalangi tank Rusia masuk kota.

Karung-karung pasir hingga blok beton juga terpasang di setiap akses menuju Kyiv.

Ukrainian police officers check the documents of a passer-by next to anti-tank obstacles in the center of Kyiv on March 7, 2022. (Photo by Sergei SUPINSKY / AFP)Barikade antitank yang kerap disebut landak oleh warga Kyiv. Foto: AFP/SERGEI SUPINSKY

Perlawanan Rakyat Ukraina

Warga Kyiv memang menegaskan akan terus mempertahankan kota mereka dari serbuan Rusia.

Hampir dua pekan invasi dilancarkan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan menerapkan operasi militer di negara tetangganya itu.

Namun Kyiv, ibu kota sekaligus kota terbesar di Ukraina, belum juga bisa direbut. Pola penyerangan disebut mulai berubah yakni merebut kota-kota di pinggiran Kyiv.

Perlawanan sengit memang digelorakan Ukraina. Presiden Volodymyr Zelensky bahkan menyatakan akan angkat senjata dan menolak tawaran evakuasi dari Amerika Serikat.

Sejumlah pejabat juga melakukan hal yang sama termasuk dua bersaudara yang juga mantan juara tinju dunia, Vitali dan Wladimir Klitschko. Vitali Klitschko saat ini juga menjabat Wali Kota Kyiv.

Hal ini menular ke warga yang dengan semangat tinggi siap menghadapi serangan Rusia yang bisa datang tiba-tiba. Bendera biru-kuning Ukraina berkibar di mana-mana, bukti nasionalisme menggelora di dada warga Ukraina.

Di tengah kecamuk perang, para prajurit dan relawan masih sempat berbagi bunga pada para perempuan Ukraina kemarin yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional.

Relawan dan prajurit dadakan yang berpakaian sekadarnya, jauh dari pakaian standar tempur. Apalagi seragam perang khusus musim dingin yang saat ini tengah melanda Ukraina.

Mereka hanya mengenakan pakaian sipil, dengan mantel besar dan celana olahraga seragam tidak resmi. Celana mereka kebanyakan bermotif hijau, hitam atau kamuflase (bukan jenis militer) tapi motif sipil yang dibuat untuk berburu.

Hanya beberapa relawan yang dibekali dengan senjata api.

Para relawan sipil ini mendapat pelatihan senjata dasar saat mereka bergabung dengan batalion pertahanan Kyiv.

Seorang relawan, Oleksiy Goncharenko yang menjaga salah satu posisi pertahanan di Kyiv, mengatakan penjagaan pos pemeriksaan di Kyiv dibagi empat sif.

Wajahnya terlihat kemerahan saat ditemui CNN. "Tidak apa-apa, cuma dingin," katanya.

Untuk menahan suhu rendah dan pengganjal perut, warga terkadang memberi sup hangat dan cemilan lain.

Tercatat ada 40 ribu relawan yang tergabung dalam Pasukan Pertahanan Teritorial sejak hari-hari pertama invasi Rusia. Hampir separuhnya yakni 18 ribu ada di ibu kota.

Pemerintah Ukraina harus menyeleksi warga yang mendaftar jadi relawan karena tidak semua bisa menjadi tentara dadakan ini. Yang tidak lolos seleksi di garis depan pertempuran, membantu dengan cara lain. Dari mulai membuat bom molotov, membuat jaring barikade, hingga membagikan makanan dan minuman.

Ada pula yang mengumpulkan sumbangan uang, membangun barikade di jalan hingga mengecat rambu lalu lintas untuk membuat bingung pasukan Rusia.

Kateryna Yurko, warga Ukraina yang tokonya hancur dihantam roket Rusia kini menghabiskan waktunya untuk bolak-balik Kyiv-perbatasan Polandia. Ia hilir mudik membawa bantuan kemanusiaan untuk anak dan orang tua. Sesekali ia juga membuat bom molotov.

Sementara warga Kyiv yang lain, Oleksii Erinchak sudah mengubah toko buku dan kedai kopi miliknya menjadi markas darurat relawan.

Semua dilakukan untuk mengantisipai pasukan Rusia yang sewaktu-waktu bisa datang.

"Kami mencoba mempersiapkan diri untuk skenario terburuk di mana kami akan dikepung oleh pasukan Rusia dan semua jaringan pasokan akan dihancurkan. Jadi kami mencoba untuk memastikan bahwa setiap orang dan setiap bangunan siap untuk ini," katanya.

Gotong Royong Warga Kyiv di Halaman selanjutnya..

Gotong Royong Warga Kyiv

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER