Serangan udara Rusia ke sebuah rumah sakit bersalin dan anak di Kota Mariupol, Ukraina pada Rabu (9/3) melukai melukai sedikitnya 17 staf.
"Sejauh ini ada 17 personel rumah sakit yang terluka," kata Pavlo Kyrylenko, kepala wilayah Donetsk tenggara, dalam sebuah video yang diunggah di Facebook, seperti dikutip dari AFP.
Sejauh ini, tidak ada anak-anak yang terluka dan tidak ada kematian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunggah video yang menunjukkan kehancuran besar-besaran di kompleks rumah sakit, termasuk jendela yang pecah dan dinding bagian dalam yang retat.
"Serangan langsung pasukan Rusia pada rumah sakit bersalin," ujar Zelensky lewat akun Twitter @ZelenskyyUa.
Dia mengatakan bahwa orang dewasa dan anak-anak berada "di bawah reruntuhan".
Serangan itu terjadi saat para wanita sedang melahirkan di rumah sakit yang baru saja direnovasi, kata pejabat militer regional Donetsk kepada AFP.
Aksi itu dilakukan saat Organisasi Kesehatan Dunia memperingatkan perang dengan Rusia telah memicu krisis kesehatan di Ukraina. Setidaknya, 18 serangan terverifikasi terhadap fasilitas perawatan kesehatan, ambulans dan personel, mengakibatkan 10 kematian dan 16 orang luka-luka.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova tidak menyangkal serangan itu dalam komentar yang disampaikan Moskow.
Zhakarova menyebut "batalyon nasionalis" Ukraina menggunakan rumah sakit bersalin untuk mengatur posisi tembak setelah memindahkan staf dan pasien.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam pengeboman yang diduga dilakukan pasukan Rusia itu. Menurut PBB, fasilitas perawatan kesehatan rumah sakit dan petugas kesehatan tidak boleh menjadi target penyerangan.
"WHO telah menyerukan penghentian segera serangan terhadap layanan kesehatan, rumah sakit, petugas kesehatan, ambulans - tidak satu pun dari ini yang pernah menjadi target," ujar Juru Bicara PBB Stephane Dujarric seperti dilansir CNN.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga mengecam pengeboman tersebut dengan mengatakan, "Ada beberapa hal yang lebih bejat daripada menargetkan mereka yang rentan dan tidak berdaya."
(afp/sfr)