Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Prof. Dr. Moestopo, Fadra, juga memiliki pendapat yang sama.
"Saya pikir, di sini, banyak negara yang berpikir trauma Perang Dunia II sangat besar. Perang dingin juga menyeret beberapa negara juga ekonominya ke dalam keterpurukan," kata Fadra saat diwawancara CNNIndonesia.com, Rabu (9/3).
Menurut Fadra, negara-negara Barat tak menginginkan terjadinya Perang Dunia III, meski tak menutup kemungkinan eskalasi perang akan meningkat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadra juga menilai kesiapan AS dan NATO bakal menjadi penentu pecah atau tidaknya Perang Dunia III.
"Ini juga bergantung dari NATO dan Amerika Serikat, apakah mereka siap untuk hal itu," tuturnya lagi.
Selain itu, Fadra menyoroti keuangan NATO yang menjadi masalah. Ia menyatakan, sejumlah negara NATO sudah mengeluhkan biaya yang dikeluarkan untuk pakta tersebut tidak sedikit.
"Sehingga mereka mulai melihat lagi apakah penting ini NATO," lanjutnya.
Sementara itu, Pengamat HI dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, mengatakan bahwa Putin tidak membutuhkan kemenangan dari konflik nuklir.
"Yang diperlukan Putin bukan kemenangan lewat nuklir, Putin gak perlu itu. Yang Putin perlukan adalah keyakinan seluruh wilayah eks Soviet Union itu tunduk pada kepemimpinan Putin," kata Rezasyah saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (8/3).
(pwn/bac)