China dikabarkan telah memutuskan memberikan bantuan ekonomi dan dukungan finansial bagi Rusia guna melancarkan invasinya ke Ukraina.
Secara teori, Rusia memang tengah kelimpungan dan membutuhkan bantuan ekonomi hingga keuangan. Sebab, invasinya ke Ukraina telah memicu hujanan kecaman, sanksi, hingga boikot internasional.
Berbagai negara, tak hanya Barat saja, telah menerapkan berbagai sanksi dan embargo terhadap Rusia. Perusahaan global berbagai sektor juga turut membatasi bahkan memutus bisnis mereka di Rusia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebut saja Apple Inc, McDonald's, IKEA, H&M, yang merupakan segelintir brand global yang memutuskan menghentikan operasi mereka di Rusia sebagai bentuk protes invasi ke Ukraina.
Jasa keuangan seperti Visa dan Mastercard juga telah memutus operasi di Rusia, membuat jutaan warga Rusia dan warga asing di sana tak bisa bertransaksi dengan rekening berlogo kedua perusahaan itu.
Negara Barat bahkan sepakat menendang bank-bank Rusia dari sistem keuangan Society Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).
SWIFT merupakan jaringan pengiriman pesan yang digunakan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya untuk mengirim dan menerima informasi transaksi dengan cepat dan aman.
Kini SWIFT tidak hanya memberikan pesan instruksi pembayaran atau pengiriman dana, tapi juga mengurus transaksi keamanan, transaksi treasury, transaksi perdagangan, dan transaksi sistem di seluruh dunia.
Akibat isolasi yang dihadapi Rusia dari sistem keuangan global, pemerintahan Presiden Vladimir Putin terancam gagal bayar utang. Dilansir The Guardian, Rusia memiliki dua tenggat waktu pembayar bunga utang yang jatuh tempo pada Rabu (16/3).
Rusia tidak dapat mengakses hampir semua cadangan emas dan valuta asingnya senilai US$640 miliar. Meski begitu, Rusia disebut masih memegang sebagian cadangan asetnya dalam bentuk yuan.
Hal itu menyebabkan China lebih mungkin turun tangan membantu Rusia dalam masalah keuangan saat ini.
"Ini benar-benar proyek Presiden China Xi Jinping. Dia benar-benar, secara fundamental di balik kemitraan yang lebih erat dengan Rusia ini," kata pejabat AS.
Selain bantuan logistik dan keuangan, AS juga menyampaikan kecurigaan bahwaChina sudah menawarkan bantuan militer kepada Rusia.
Sumber CNN dari pejabat militer AS menyatakan telah memiliki informasi atas indikasi tersebut. Informasi itu juga telah disampaikan kepada Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara-negara sekutu AS.
Namun, belum jelas apakah bantuan tersebut benar-benar akan diberikan China kepada Rusia.
Sejumlah pejabat senior AS mengklaim saat ini China tengah mempertimbangkan mengirim pasokan militer seperti senjata dan drone bagi Rusia.
Beberapa daftar belanja utama Rusia saat ini adalah pesawat nirawak China dan berbagai jenis amunisi. Meski begitu, pengiriman alutsista ini tidak bisa dilakukan secara terang-terangan.
Militer Rusia juga disebut meminta paket ransum kepada China, menggarisbawahi masalah logistiknya yang parah dalam konflik yang disebut tak pernah disangka-sangka oleh Rusia akan berlangsung sepanjang ini.
Meski begitu, China sendiri disebut masih berhati-hati dengan konsekuensi sanksi ekonomi jika membantu Rusia secara penuh.
Terlebih, masih ada silang pendapat di antara Partai Komunis China terkait bantuan militer maupun keuangan. Salah satu bantuan yang mungkin masih bisa dipenuhi China adalah dukungan logistik pangan untuk Rusia dalam menginvasi Ukraina.