WAWANCARA EKSKLUSIF

Dubes Uni Eropa untuk RI Blak-blakan soal Invasi Rusia di Ukraina

Tim | CNN Indonesia
Jumat, 18 Mar 2022 13:39 WIB
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, buka-bukaan mengenai posisi blok tersebut di tengah invasi Rusia di Ukraina.
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, buka-bukaan mengenai posisi blok tersebut di tengah invasi Rusia di Ukraina. (CNN Indonesia/Aulia Bintang Pratama)

Beberapa pengamat menganggap, UE lamban merespons permintaan keanggotaan ini karena ada beberapa negara anggota, seperti Polandia, Jerman, dan Italia masih bergantung pada gas Rusia. Apakah benar?

Saya rasa ini dua hal yang berbeda. Mengenai keanggotaan Ukraina di Uni Eropa, saya sudah menjawabnya tadi. Ini memang proses politik yang sekarang masih berjalan. Kedua, masalah ketergantungan Eropa terhadap minyak dan gas Rusia. Itu fakta yang harus kami hadapi. Kami sudah menyadarinya. Sekarang, kami menganggap ada desakan untuk menangani masalah ini. Kami harus mengurangi ketergantungan kami terhadap gas dan minyak Rusia dengan diversifikasi suplai dengan berupaya sekuat mungkin untuk efisiensi energi, juga menggunakan pasar minyak internal kami dengan lebih baik, dan menciptakan jalur pipa terkoneksi dan jalur listrik yang kini belum ada. Masih ada beberapa aspek yang bisa kami kembangkan. Ini adalah agenda yang sangat konkret yang membutuhkan kerja keras. Kami bertekad bulat melakukan ini. Kami punya target bisa mencapainya sebelum musim dingin selanjutnya di Eropa, memastikan bahwa pada musim dingin selanjutnya, suplai gas kami sudah aman. Kami sudah menjalankan rencana ini, dan mempercepatnya belakangan ini.

Jadi, seluruh anggota UE mendukung Ukraina masuk menjadi anggota?

Ya. Itu yang diputuskan para pemimpin negara anggota pada pekan lalu.

Presiden Zelensky meminta jalur khusus untuk mempercepat keanggotaan. Bisakah diproses dengan cepat mengingat situasinya sekarang genting?

Sangat sulit menjawabnya sekarang. Sekarang sangat bergantung pada sikap Rusia. Rusia harus menghentikan agresinya di Ukraina dan menarik militernya dari tanah Ukraina, menaati gencatan senjata, dan duduk di meja negosiasi dengan konstruktif. Ini adalah tahap pertama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahap kedua, jalur spesifik untuk mempersiapkan keanggotaan UE. Ada banyak tahapan teknis dan kami tahu situasi ini sangat kritis bagi Ukraina dan kami. Kami tahu ada desakan khusus untuk persiapan keanggotaan ini. Kami tahu kami harus mencari solusi yang bertanggung jawab dan kreatif dalam waktu bersamaan.

Rusia sudah menjabarkan tiga permintaannya agar mereka mau menghentikan serangan. Apakah ada solusi yang bisa ditawarkan UE untuk membantu agar Rusia menghentikan serangannya?

Sepertinya UE tak punya posisi untuk menawarkan solusi. Solusinya ada di tangah Presiden Putin untuk menghentikan perang ini dan untuk menarik pasukan Rusia dari Ukraina, dan menghormati perbatasan, dan menciptakan atmosfer yang baik untuk negosiasi. Tentu UE mendukung negosiasi ini, tapi langkah pertama harus diambil Moskow.

Baru-baru ini, Zelensky mengatakan bahwa Rusia bisa saja menyerang negara anggota NATO lain. Beberapa anggota NATO juga merupakan anggota UE. Bagaimana UE melihat ancaman itu?

Saya tak ingin mengomentari itu, tapi kami tahu posisi kami, yaitu Eropa yang damai. Kami sudah membangunnya setelah Perang Dunia II, juga Rusia. Kami tahu bagaimana masyarakat kami menderita selama perang. Tak hanya di Eropa, di Rusia juga jutaan orang tewas. Kami pikir, dengan kehadiran Dewan Keamanan PBB setelah perang dunia, perang semacam ini tak akan terjadi lagi. Kami kira, semua sudah belajar dari pengalaman masa lalu. Sekarang, kita melihat Rusia mengabaikan pelajaran itu. Kita harus menghadapi itu. Akibatnya, kami sekarang sibuk merevisi kebijakan keamanan dan pertahanan UE. Kami tak pernah membayangkan ini dua bulan lalu. Sekarang, ini menjadi penting di tengah agresi militer Rusia terhadap negara tetangga UE. Ukraina berbatasan dengan lima negara anggota UE jika dihitung dengan perbatasan maritim. Ada kekhawatiran konflik bisa meluas. Rusia juga berbatasan dengan lima negara anggota UE lainnya. Jadi, krisis yang disebabkan Rusia ini membuat UE berpikir kembali terkait pendekatan keamanan dan infrastruktur keamanan, dan bagaimana kami harus bekerja sama sesama anggota UE dalam pertahanan kolektif kami, dan bagaimana kami harus memposisikan diri di luar ancaman. UE akan bekerja sama dengan NATO, tapi kami tidak sama dengan NATO. Tidak semua anggota UE adalah anggota NATO. Namun, kerja sama dengan NATO tentu harus ada.

Di Eropa sekarang sentimennya mempertahankan diri dari Rusia, dan membela Ukraina. Namun, kini di Indonesia mulai muncul sentimen baru yang menganggap negara Barat memakai standar ganda dalam menanggapi konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina. Sebagian warga bahkan membela Rusia. Bagaimana Anda melihatnya?

Saya tidak melihat kemiripan antara kedua konflik ini. Untuk masalah Israel-Palestina, UE berpandangan sama dengan Indonesia. Solusi dua negara, di mana kedua negara hidup berdampingan secara damai dan harmonis, itu adalah posisi kami, dan itu sama dengan Indonesia. Dalam kasus Rusia, kami juga sependapat dengan Indonesia. Indonesia memilih mendukung resolusi Majelis Umum PBB untuk mengecam invasi Rusia di Ukraina. Indonesia tak hanya memilih resolusi itu, tapi juga mensponsori. Kami juga. Mengapa? Karena kami yakin, sudah ada banyak aturan dalam PBB mengenai penghormatan terhadap kedaulatan negara lain. Perdamaian dan hidup berdampingan sebagai tetangga adalah prinsip yang didukung UE. Itu juga yang didukung Indonesia. Kami sangat berharap dapat bekerja sama lebih dekat dengan Indonesia untuk menanggapi krisis ini. Kami harap kami dapat bekerja sama untuk gencatan senjata dan penarikan pasukan yang diakui di PBB sebagai tahap pertama untuk menghentikan konflik.

Ada hal lain yang ingin disampaikan?

Saya di Eropa pekan lalu. Saya menyadari ketika kembali ke Jakarta yang berjarak 10 ribu kilometer dari Eropa, betapa berbeda jika lokasi Anda dekat atau jauh dari area konflik. Di Eropa, kalian bisa merasakannya. Konflik itu disiarkan tanpa henti di televisi, dari subuh hingga tengah malam, dari segala sisi. Kami diperlihatkan kejahatan pasukan Rusia di Ukraina. Mereka mengebom area-area sipil, sekolah, rumah sakit, toko-toko kecil, dan tempat-tempat tinggal hancur. Orang-orang mengungsi akibat konflik ini ke negara-negara Uni Eropa. Kalian bisa merasakan konflik itu. Tentu saja, di sini, yang berjarak 10 ribu kilometer, pasti berbeda. Pesan yang ingin saya sampaikan adalah konflik ini berada di dalam diri orang-orang Eropa di mana pun mereka berada. Tak hanya di Ukraina dan Eropa, tapi juga di Rusia, di mana banyak penduduk tak setuju dengan yang terjadi, dan yang dilakukan Presiden Putin ke negara tetangga mereka. Orang-orang Rusia mengatakan, mereka [warga Ukraina] adalah saudara-saudara mereka, tapi perang ini masih terjadi.

(has/bac)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER