Dua perusahaan pesawat terbesar dunia, Boeing (BA) dan Airbus (EADSF), tak lagi bisa memasok suku cadang atau memberi dukungan perawatan untuk maskapai Rusia imbas sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Maskapai penerbangan Rusia bisa kehabisan suku cadang dalam hitungan pekan atau menerbangkan pesawat tanpa harus mengganti peralatan sesering mungkin sesuai rekomendasi.
Awal Maret lalu, pejabat tinggi Rusia mengatakan China menolak mengirim suku cadang pesawat ke Rusia saat mereka mencari pasokan alternatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala kelaikan udara pesawat di badan transportasi udara Rusia, Valery Kudinov, mengatakan pihaknya akan mencari peluang untuk mendapatkan suku cadang dari negara-negara termasuk Turki dan India setelah gagal mendapatkan dari China.
"Sejauh yang saya tahu China menolak," kata Kudinov dikutip TASS.
China dan Rusia mendirikan usaha bersama penerbangan sipil untuk membangun pesawat penumpang jarak jauh baru pada 2017. Langkah ini ditempuh untuk menyaingi Boeing dan Airbus.
Produksi pesawat CR929 telah dimulai, tetapi ketidaksepakatan mengenai pemasok telah menyebabkan penundaan. Pesawat itu mulanya diharapkan akan ditawarkan kepada pelanggan pada 2024. Namun, Rusia menunda hingga 2028-2029.
Bank Dunia telah menghentikan semua programnya di Rusia dan Belarus setelah invasi ke Ukraina.
Mereka belum menyetujui pinjaman atau investasi baru ke Rusia sejak 2014, dan tidak ada ke Belarus sejak 2020.
Hal yang lebih mengejutkan lagi, keputusan Bank Investasi Infrastruktur Asia yang berbasis di Beijing melakukan hal yang sama.
Dalam sebuah pernyataan, disebutkan bank itu menangguhkan semua kegiatan yang berkaitan dengan Rusia dan Belarus "saat perang di Ukraina berlangsung." Langkah itu "demi kepentingan terbaik" bank, tambahnya.
Pada 2016, China meluncurkan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB). Selain menjadi tuan rumah kantor pusat, China juga menyediakan presiden bank dan memiliki 26,5 persen suara. India dan Rusia masing-masing memiliki 7,6 persen dan 6 persen.
Keputusan AIIB menangguhkan kegiatan di Rusia berarti $1,1 miliar atau sekitar Rp15,7 triliun pinjaman yang disetujui atau diusulkan untuk meningkatkan jaringan jalan dan kereta api Negeri Beruang Merah sekarang ditangguhkan.
(isa/bac)