Dubes UE Jawab Tuduhan soal Standar Ganda Barat terkait Rusia-Israel
Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket, buka suara soal tudingan sejumlah kalangan yang menyebut negara Barat menerapkan standar ganda dalam menanggapi konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.
"Saya tidak melihat kemiripan antara kedua konflik ini," ujar Piket dalam wawancara khusus dengan CNNIndonesia.com beberapa hari lalu.
Piket kemudian menjelaskan bahwa sikap UE sama dengan Indonesia dalam menanggapi kedua konflik tersebut. Ia tak melihat ada perlakuan standar ganda terhadap kedua konflik tersebut.
"Untuk masalah Israel-Palestina, UE berpandangan sama dengan Indonesia. Solusi dua negara, di mana kedua negara hidup berdampingan secara damai dan harmonis itu adalah posisi kami, dan itu sama dengan Indonesia," ucapnya.
"Dalam kasus Rusia, kami juga sependapat dengan Indonesia. Indonesia memilih mendukung resolusi Majelis Umum PBB untuk mengecam invasi Rusia diUkraina. Indonesia tak hanya memilih resolusi itu, tapi juga mensponsori. Kami juga."
Lihat Juga :WAWANCARA EKSKLUSIF Dubes Uni Eropa Buka Suara soal Potensi Rusia Serang Anggota NATO |
Selain itu, Piket mencoba menggambarkan perbedaan persepsi ketika seseorang berada langsung di dekat lokasi konflik dan mereka yang hidup jauh dari titik panas.
Piket merasakan sendiri atmosfer perang tersebut ketika ia ke Jerman pekan lalu. Saat kembali ke Jakarta, ia sadar betapa beda suasana lokasi yang jauh dari area konflik.
"Di Eropa, kalian bisa merasakannya. Konflik itu disiarkan tanpa henti di televisi, dari subuh hingga tengah malam, dari segala sisi," tutur Piket.
Warga Eropa, kata dia, terus diperlihatkan kejahatan pasukan Rusia di Ukraina. Mereka mengebom area-area sipil, sekolah, rumah sakit, toko-toko kecil, dan tempat-tempat tinggal penduduk.
Banyak pula orang mengungsi ke negara-negara Uni Eropa akibat konflik tersebut. Menurut catatan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) per Selasa (15/3), jumlah warga yang mengungsi mencapai 2,97 juta jiwa.
"Kalian bisa merasakan konflik itu. Tentu saja, di sini, yang berjarak 10 ribu kilometer, pasti berbeda," kata Piket.
Ia kemudian mengatakan, konflik ini berada di dalam diri orang-orang Eropa di mana pun mereka berada. Tak hanya di Ukraina dan Eropa, banyak warga di Rusia juga merasakan hal serupa.
"PTak hanya di Ukraina dan Eropa, tapi juga di Rusia, di mana banyak penduduk tak setuju dengan yang terjadi dan yang dilakukan Presiden Putin ke negara tetangga mereka," tutur Piket.
Ia juga menuturkan, "Orang-orang Rusia mengatakan, mereka [warga Ukraina] adalah saudara-saudara mereka, tapi perang ini masih terjadi."