'Laporan' ke Macron, Putin Tuding Ukraina Lakukan Kejahatan Perang

CNN Indonesia
Sabtu, 19 Mar 2022 01:36 WIB
Dalam komunikasi bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Ukraina melakukan kejahatan perang. Foto: (AP/Thibault Camus)
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Rusia Vladimir Putin menuding Ukraina telah melakukan kejahatan perang. Tudingan tersebut disampaikan ketika ia berkomunikasi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Jumat (18/3) waktu Rusia.

Perhatian tertuju pada banyak kejahatan perang yang setiap hari dilakukan pasukan keamanan Ukraina," ungkap Kremlin mengenai percakapan Putin dan Macron, seperti diberitakan AFP, Jumat (18/3).

"Terutama serangan roket dan artileri besar-besaran di kota-kota Donbas."

Kepada Macron, Putin mengatakan Moskow telah mengupayakan segala hal demi menghindari kematian warga sipil di Ukraina dalam beberapa pekan terakhir.

"Kami melakukan segala kemungkinan untuk melindungi kehidupan warga sipil yang damai, termasuk dengan mengatur koridor kemanusiaan untuk evakuasi aman bagi mereka," kata Kremlin.

Pemerintahan Putin mengatakan panggilan telepon tersebut merupakan inisiatif Prancis. Komunikasi dilakukan untuk membahas permasalahan Moskow dan Kyiv, dan mengakhiri konflik di Ukraina.

Macron dalam beberapa pekan terakhir turut berperan dalam mencoba meredam krisis lewat dorongan diplomatik berbicara dengan Putin secara langsung atau lewat telepon.

Komunikasi Macron dan Putin disebut telah berlangsung belasan kali sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Kamis (24/2). Dalam komunikasi pada Jumat (18/3), panggilan telepon itu dilaporkan berlangsung 70 menit.

"Saya prihatin yang sangat mendalam atas nasib Mariupol yang telah dilanda pemboman hebat dalam beberapa hari terakhir," kata Macron.

Istana Elysee mengatakan Macron mendesak Putin melakukan langkah-langkah konkret yang bisa diverifikasi dalam memastikan keselamatan warga sipil.

"Mendesak pencabutan pengepungan dan akses kemanusiaan ke kota itu," tutur kantor Macron.

Sebelumnya, Rusia mengklaim agresi militer yang dilancarkan ke Ukraina tak bermaksud menghancurkan negara eks Uni Soviet itu.

"Saya tekankan sekali lagi apa yang ditolak media Barat dan pendirian Barat: operasi (militer) ini tak ditujukan untuk penduduk sipil," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova pada Kamis (17/3) dikutip TASS.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengklaim tujuan tindakan tersebut untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina, bukan menduduki negara itu.

Namun kenyataannya, pemukiman, apartemen, pasar, hingga rumah sakit di Ukraina hancur akibat serangan Rusia.

Pada Jumat (18/3), Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengungkapkan sedikitnya 816 orang tewas dan 1.333 orang terluka imbas gempuran Rusia ke Ukraina.

OHCHR mendetailkan korban tewas akibat agresi militer Rusia ke Ukraina tersebut, yakni 152 pria, 116 wanita, 7 anak perempuan, dan 16 anak laki-laki. Sedangkan jenis kelamin 36 anak-anak serta 489 orang dewasa lainnya belum dikonfirmasi.

Mereka juga meyakini angka korban jiwa imbas serangan Rusia ke Ukraina lebih tinggi dari catatan tersebut.

(afp/chri)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK