Boris Johnson Nilai Putin Panik Hadapi Peluang Revolusi di Moskow

CNN Indonesia
Minggu, 20 Mar 2022 18:38 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang panik menanggapi peluang revolusi di Moskow.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang panik menanggapi peluang revolusi di Moskow. (AP/Sergei Savostyanov)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menilai Presiden Rusia, Vladimir Putin, sedang panik menanggapi peluang revolusi di Moskow. Peluang revolusi itu pula yang disebut Johnson memicu Putin menyerang Ukraina.

Hal itu diungkap Johnson saat konferensi Partai Konservatif di Blackpool, Sabtu (19/3) waktu Inggris. 

"Kenapa dia memutuskan untuk menginvasi negara yang sama sekali tidak bersalah? Dia (Putin) tidak benar-benar percaya Ukraina akan bergabung dengan NATO dalam waktu cepat," kata Johnson, dikutip dari CNN.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ia tahu dengan sangat baik tidak ada rencana untuk menempatkan rudal di tanah Ukraina. Putin berada dalam kepanikan total terkait dengan apa yang disebut revolusi berwarna di Moskow," lanjutnya.

"Maka dari itu, dia secara brutal mencoba memadamkan api kebebasan di Ukraina, dan itulah sebabnya mengapa sangat penting untuk membuat dia gagal," kata Johnson.

Johnson juga mengungkapkan, Putin 'takut' dengan Ukraina karena negara itu merupakan negara dengan kebebasan pers, kebebasan pemilihan, demokrasi, dan pasar terbuka.

Ia menilai Putin takut model Ukraina ini menjadi "celaan tersirat untuk dirinya sendiri [Putin]."

"Dia [Putin] takut akan dampak dari model [negara] Ukraina terhadap dirinya dan Rusia," tutur Johnson lagi.

Sementara itu, Putin terlihat menggunakan pendekatan 'keras' untuk menindaklanjuti warga Rusia yang melawan pemerintahannya.

Beberapa waktu lalu, Putin menyebut warga Rusia yang mendukung Barat sebagai pengkhianat negara. Ia juga menyebut Barat bakal mengandalkan orang-orang tersebut untuk mendapatkan kekayaan di Rusia.

"Barat akan mencoba mengandalkan kolom kelima, [mengandalkan] pengkhianat nasional, [mengandalkan] orang yang mendapatkan uang di sini, bersama kita, tetapi tinggal di sana," kata Putin pada Rabu (16/3), dikutip dari CNN.

Ungkapan 'kolom kelima' sendiri digunakan untuk menyebut simpatisan musuh. Ungkapan ini muncul saat Perang Sipil Spanyol terjadi.

"Dan yang saya maksud dari 'tinggal di sana' bukan pemaknaan dari sisi geografis, tetapi menurut pemikiran mereka, kesadaran budak mereka. [Orang-orang ini] tidak bisa hidup dengan oyster dan kebebasan gender," kata Putin.

Namun, masih banyak warga Rusia yang berani menunjukkan penolakan mereka atas invasi di Ukraina kini. Sebanyak 3.000 orang dilaporkan ditangkap di Rusia karena memprotes invasi Moskow ke Kyiv.

Ada pula stasiun televisi yang para stafnya melakukan pengunduran diri 'massal' untuk memprotes serangan militer Rusia. Tak hanya itu, ada seorang editor Rusia yang nekat mengganggu siaran di media pemerintah demi menyuarakan penolakannya atas perang di Ukraina.

(pwn/end)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER