Senada dengan Fahmi, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Achmad Ubaedillah, mengatakan awal kejatuhan kekuasaan Putin bergantung dinamika politik di Rusia.
"Kita harus nunggu perkembangannya dalam beberapa minggu ke depan. Saat ini Putin masih pegang kendali," papar dia.
Di mata dia, sekarang Putin masih sangat kuat pengaruhnya di Rusia. Terlebih negara ini punya pengalaman cukup dalam hal perang guna mengembalikan wilayah bekas kekuasaannya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia juga punya pengalaman membombardir ibu kota di wilayah lain. Semisal, saat Chechnya kehilangan kota Grozny pada 1990-an, atau kota Aleppo di Suriah yang hancur akibat perang saudara yang dibantu pasukan Moskow.
"Dahulu berhasil mengambil Crimea, sekarang lanjut merebut wilayah timur Ukraina. Apa kali ini Putin bertahan? Tergantung politik dalam negerinya. (Politik dalam negeri) masih solid," lanjut dia.
Sementara itu, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Gadjah Mada sekaligus Ketua Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa, Muhadi Sugiono, mengatakan invasi Rusia bisa saja menjadi titik awal Putin mengakhiri kekuasaan.
Invasi itu, lanjutnya, membuat Rusia lelah. Apalagi dengan karakter pemerintah yang cukup otokratis maka bisa menjadi kekuatan bagi pihak luar merongrong melalui dalam negeri.
"Secara internasional mereka ditekan dan itu membuka ruang oposisi di dalam (negeri)," kata Muhadi.
Jika di negara demokratis jatuh bangunnya pemerintahan melalui mekanisme tertentu, ia menilai di negara otokratis kondisi tersebut terletak pada kekuatan politik.
Kekuatan politik, lanjut Muhadi, bisa berupa pembangkangan sipil atau pembelotan militer. Namun, sejauh ini pemerintah Rusia sudah melindungi diri dengan payung hukum yang justru bisa mengkriminalisasi penentang dalam hal ini warga sipil atau oposisi.
Ia menekankan, bisa atau tidaknya invasi menjadi faktor pendorong kejatuhan Putin masih harus dilihat dari perspektif yang luas. Sebab, masalah ini cukup kompleks.
"Negara seperti Rusia persoalannya ada di kekuatan politiknya. Saya kira (putin) masih sangat kuat di sana," pungkasnya.
(isa/bac)