Kota Shanghai Sunyi Sepi usai China Terapkan Lockdown Bertahap

CNN Indonesia
Selasa, 29 Mar 2022 16:06 WIB
Sebanyak 26 juta warga kota terpadat di China itu pun dilarang keluar rumah kecuali untuk keperluan medis dan tes Covid-19. (Foto: REUTERS/ALY SONG)
Jakarta, CNN Indonesia --

China memperketat fase pertama dari dua tahap penguncian wilayah (lockdown) di Kota Shanghai, Selasa (29/3), imbas dari lonjakan kasus harian Covid-19.

Sebanyak 26 juta warga kota terpadat di China itu pun dilarang keluar rumah kecuali untuk keperluan medis dan tes Covid-19.

Warga di timur Huangpu, Shanghai, mengaku tidak diizinkan keluar kompleks perumahan mereka. Meski begitu, beberapa warga masih bisa berkeliaran di dalam kompleks masing-masing.

Namun, tiga warga Huangpu mengatakan kepada Reuters bahwa pejabat berwenang telah melarang mereka keluar rumah sama sekali.

"Anak-anak masih piknik kemarin dan bersenang-senang," kata salah satu warga yang enggan disebutkan identitasnya.

Lockdown ini berlaku ketika Shanghai mencatat lonjakan infeksi Covid-19 harian melebihi 4.400 kasus per hari. China selama ini menerapkan kebijakan nol-Covid dengan ketat dan Shanghai menjadi salah satu proyek pilot kebijakan Beijing tersebut guna mengendalikan wabah varian Omicron yang terus menggila di Negeri Tirai Bambu.

Padahal, kasus harian Covid-19 di Shanghai masih terbilang rendah menurut standar global.

Wu Qianyu, pejabat di komisi kesehatan Shanghai, mengatakan "permintaan yang jelas" telah diajukan kepada penduduk agar tidak meninggalkan tempat tinggal mereka bahkan untuk membawa hewan peliharaan jalan-jalan atau membuang sampah.

Larangan itu berlaku selama "tahap lockdown" berlangsung.

Wu mengatakan 8,26 juta tes dilakukan setiap harinya yang dikawal oleh 17.000 personel tenaga kesehatan di distrik-distrik kota Shanghai pada awal pekan ini.

"Sejumlah besar staf medis, kader akar rumput, pekerja masyarakat, dan sukarelawan berbagi kerja keras di garis depan pencegahan dan pengendalian epidemi, dan harus berterima kasih," kata Wu.

Ada tanda-tanda frustrasi yang berkembang di media sosial China terkait aturan lockdown ini. Banyak warga berbondong-bondong curhat di platform media sosial China, Weibo, untuk mencari bantuan kerabat. Beberapa warga bahkan mengaku kesulitan mengakses layanan medis akibat lockdown.

Meskipun China berpegang teguh pada rencananya untuk membendung wabah, para ahli di luar negeri tetap skeptis tentang kebijakan ketat nol-Covid China.

"Jelas dari Australia dan di tempat lain di dunia bahwa penguncian sama sekali tidak efektif terhadap Omicron - jadi perkirakan gelombang besar akan datang," kata Adrian Esterman, seorang ahli biostatistik di University of South Australia.

Lansekap Kota Sanghai yang dipenuhi sederet gedung pencakar langit yang kerap sibuk pun mendadak sepi gegara lockdown.

Jalanan di kota metropolitan itu terpantau sepi, transportasi umum bahkan tidak beroperasi.

Pihak berwenang sebelumnya menolak menerapkan lockdown di Shanghai untuk menghindari ketidakstabilan ekonomi. Namun, setelah Shanghai mencatat jumlah kasus harian Covid-19 tertinggi sejak pandemi, pihak berwenang mengambil kebijakan sebaliknya.

Shanghai pun saat ini menjadi kota terpadat di China yang terdampak wabah Covid-19 Omicron terparah.

(rds)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK