Warga Afghanistan untuk pertama kali kembali menjalani ibadah puasa Ramadan di bawah rezim Taliban yang berhasil merebut kekuasaan pada tahun lalu.
Sekitar 300 pria, mengenakan shalwar kameez tradisional Afghanistan, berkumpul sebelum matahari terbenam di Masjid Wazir Akbar Khan di ibu kota untuk salat malam pada hari pertama Ramadan.
"Ramadhan ini berbeda dari di bawah rezim sebelumnya," kata jemaah Khairullah, yang menggunakan satu nama seperti yang dilakukan banyak orang Afghanistan, kepada AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita menjalankan kewajiban Islam kita bersama... di tanah Islam di bawah rezim Islam."
Masjid Wazir Abkar Khan adalah salah satu tempat ibadah terkenal di Kabul, dan menjadi sasaran serangan bom pada Juni 2020 yang menewaskan imam dan beberapa jemaahnya.
Masjid ini terletak di pusat Kabul di pintu masuk utama ke bekas pusat diplomatik yang dikenal sebagai Zona Hijau yang menampung beberapa kedutaan asing termasuk misi Washington.
Setelah berbuka puasa, para pria itu duduk berbaris di halaman masjid tempat para sukarelawan menyajikan makanan untuk mereka.
Di provinsi selatan Kandahar, pusat kekuatan de facto Taliban, beberapa pejuang gerakan fundamentalis berbuka puasa di pos pemeriksaan dan masjid.
Warga Afghanistan menandai Ramadhan pada saat negara itu terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari setengah penduduk negara itu menghadapi kelaparan.
Krisis semakin dalam setelah para donor menghentikan bantuan ketika Taliban merebut kekuasaan Agustus 2021. Masyarakat internasional sejauh ini tidak mengakui pemerintah Taliban.
"Orang-orang mengharapkan masa-masa indah di bawah emirat Islam tetapi sayangnya itu tidak terjadi," kata Shahbuddin, seorang penduduk Kabul, merujuk pada rezim Taliban.
"Dunia harus mengakui pemerintah Taliban, jika tidak kita akan melihat bencana kemanusiaan."
Negara-negara lain bersikeras agar Taliban menghormati hak-hak perempuan mendapat pendidikan dan bekerja untuk menerima bantuan.
Taliban telah menindak kebebasan perempuan, termasuk melarang mereka dari banyak pekerjaan pemerintah dan menutup sekolah menengah perempuan.
Sementara bagi Shahbuddin, kenaikan harga makanan sudah tak tertahankan.
"Untuk pertama kalinya saya melihat harga pangan naik begitu tinggi di bulan Ramadan," katanya.
"Orang-orang mengharapkan bahwa di negara Islam harga akan turun selama Ramadan, tapi itu tidak terjadi."
(afp/fra)