Mamutova bercerita ia dan kebanyak warga Muslim lainnya di Ukraina harus mengubah banyak rencana menyambut bulan Ramadan tahun ini, termasuk soal kegiatan ibadah dan keagamaan lainnya.
Ketika umat Muslim di belahan dunia lain memperbanyak aktivitas keagamaan, umat Muslim di Ukraina harus bisa memutar otak agar tetap dapat melaksanakan ibadah bulan Ramadan tahun ini.
"Di Zaporizhzhia, komunitas Muslim beragam. Ada banyak kebangsaan yang berbeda dan semua akan menyiapkan hidangan khas mereka. Suatu hari kami akan makan biryani India, mantsev Palestina atau plov Uzbekistan lain," ucap dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kini mereka tinggal bersembunyi dan nyawanya terancam terlebih saat sirene meraung.
Sama seperti kebanyakan warga Ukraina lainnya, Mamutova juga harus mengungsi dari tempat tinggalnya karena bombardir roket dan rudal Rusia yang tak berkesudahan.
Mamutova tinggal di provinsi Zaporizhzhia, Ukraina selatan. Awal Maret lalu, pertempuran sengit antara pasukan UkrainavsRusia tejadi di sini. Pasukan Rusia kemudian berhasil menduduki pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia.
Sebelum pindah ke Zaporizhzhia, Mamutova dan keluarganya pernah tinggal Semenanjung Crimea. Ia merupakan salah satu etnis Tatar Crimea. Namun, Mamutova dan keluarga harus pindah dari Crimea saat Rusia mencaplok wilayah itu dari Ukraina pada 2014 lalu.
"Saat kami tinggal di Crimea, tak terbesit dalam pikiran, kami harus pergi. Sebelum tinggal di Crimea, nenek moyang saya dideportasi (dari Crimea) oleh [pemimpin Uni Soviet Joseph] Stalin dan kakek-nenek serta orang tua saya selalu bermimpi untuk kembali," kata dia.
Pada 1944, Stalin mendeportasi lebih dari 191.000 orang Tatar Crimea, sebagian dari mereka tinggal di Uzbekistan.
Kemudian pada 1988, keluarga Mamutova kembali. Namun mereka harus angkat kaki lagi usai Rusia menduduki Crimea pada 2014.
"Kami tahu, kami tak bisa melanjutkan kegiatan keagamaan kami, jadi kami pergi. Sekarang saya meninggalkan rumah saya lagi," tutur dia.
(isa/rds)