Jakarta, CNN Indonesia --
Dunia kembali dikejutkan dengan laporan terbaru invasi Rusia ke Ukraina yang mengerikan.
Rusia dituding membantai ratusan warga di sejumlah kota sekitar Kyiv, termasuk Bucha, Irpin, dan Hostomel.
Ukraina mengklaim menemukan setidaknya lebih dari 400 jasad diduga warga sipil dan kuburan massal di kota-kota itu, terutama di Bucha.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penemuan jasad ini berlangsung usai pasukan Rusia memutuskan hengkang dari sekitar Kyiv setelah sebulan lebih berupaya mengepung dan menduduki ibu kota, namun tak berhasil.
Berbagai foto dan video yang beredar memperlihatkan banyak mayat tergeletak di jalanan di kota-kota sekeliling Kyiv, terutama di Buchadan Irpin. Beberapa jasad diduga warga Ukraina itu terlihat diikat dan ditembak dari jarak dekat.
Temuan ini memicu desakan investigasi hingga kecaman internasional terhadap Rusia. Beberapa negara seperti Spanyol dan Polandia bahkan menuding Moskow telah melakukan genosida terhadap warga Bucha, Ukraina.
Ukraina sendiri membandingkan kekejaman Rusia di Bucha dan beberapa kota lainnya dekat Kyiv seperti pembantaian warga Muslim Bosnia-Herzegovina di Srebrenica 27 tahun lalu.
Apa yang terjadi di Srebrenica?
Sekitar Juli 1995, sekitar 8.000 Muslim, mayoritas laki-laki termasuk anak-anak, dibantai di Srebrenica, sebuah kota di Bosnia-Herzegovina ketika Perang Bosnia berlangsung.
Pembantaian dilakukan oleh unit-unit pasukan Serbia Bosnia yang menolak pembentukan Republik Bosnia dan Herzegovina.
Perang Bosnia dipicu oleh disintegrasi Yugoslavia pada 1991 yang memicu kekacauan di kawasan Eropa tenggara dan tengah.
Kekacauan itu menyebabkan perang antar-etnis di wilayah tersebut selama beberapa tahun ke depan, termasuk di Bosnia-Herzegovina.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
[Gambas:Video CNN]
Menurut beberapa peneliti, pembantaian Srebrenica merupakan kekejaman terburuk terhadap warga sipil di Eropa yang terjadi di abad modern sejak Holocaust Perang Dunia II.
Setelah Yugoslavia terpecah, Republik Bosnia-Herzegovina terbentuk dan mendeklarasikan kemerdekaan pada 1992. Di tahun yang sama, Eropa dan PBB pun mengakui kemerdekaan republik tersebut.
Tak terima, pasukan Bosnia yang didukung pemerintah Serbia menyerang Bosnia-Herzegovina untuk mengamankan dan merebut wilayah tersebut. Tujuan utama pasukan Bosnia Serbia adalah membentuk Republik Srpska.
Meski konflik utamanya terkait perebutan wilayah, namun populasi non-Serbia di bawah kendali pasukan Serbia, terutama penduduk Bosnia di bagian timur menjadi sasaran kekerasan hingga pembersihan etnis.
Perang Bosnia antara 1992-1995 pun dikenal menjadi periode pembersihan etnis Muslim Bosnia serta Kroasia Bosnia oleh tentara Bosnia Serbia dan pasukan paramiliternya.
Pembantaian Srebrenica dimulai pada 11 Juli 1995, ketika pasukan Bosnia Serbia yang dipimpin Komandan Ratko Mladić menduduki kota Srebrenica. Kota itu jatuh ke tangan pasukan Bosnia Serbia dalam lima hari dan sejak itu pembantaian mulai terjadi.
Dalam waktu kurang dari dua pekan, pasukan Serbia Bosnia secara sistematis membunuh lebih dari 8.000 Bosniaks (umat Muslim Bosnia).
Laporan menunjukkan beberapa dikubur hidup-hidup, sementara beberapa orang dewasa dipaksa untuk menonton anak-anak mereka dibunuh.
Tak hanya pembantaian, pasukan Bosnia Serbia juga melakukan kejahatan hingga pemerkosaan terhadap perempuan Muslim Bosnia.
Beberapa korban yang selamat dari pembantaian mengaku mereka tidak mendapat perlindungan PBB meski pasukan penjaga perdamaian yang dikerahkan lembaga itu menyadari kejahatan yang telah terjadi di Srebrenica.
Dikutip DW, Ada juga kesaksian dari para di mana para penyintas menceritakan bagaimana pasukan Serbia Bosnia telah memaksa Muslim Bosnia menggali kuburan mereka sendiri dan kemudian menembak mereka sampai mati.
27 tahun setelah pembantaian terjadi, jasad-jasad korban pembantaian Srebrenica masih terus ditemukan. Pihak berwenang di kota itu juga masih kerap menemukan kuburan massal berisi korban-korban pembantaian.
Terbaru, sebanyak 19 jasad korban pembantaian Srebrenica ditemukan dalam sebuah kuburan massal pada 2021 lalu.
Mahkamah Internasional sudah menetapkan tragedi pembantaian di Srebrenica ini merupakan genosida.
Sejauh ini, 47 orang telah dijatuhi hukuman oleh Pengadilan Kriminal Internasional di Den Haag dan pengadilan di Bosnia-Herzegovina dengan lebih dari 700 tahun penjara, ditambah empat hukuman seumur hidup, untuk kejahatan terkait Srebrenica.
Mantan kepala militer Serbia Bosnia, Ratko Mladic, saat ini mengajukan banding terhadap vonis hukuman seumur hidupnya terkait genosida Srebrenica dan kejahatan lainnya. Permohonan bandingnya sampai saat ini masih ditunda karena pandemi virus corona.