Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Rusia Vladimir Putin menunjuk jenderal baru untuk memimpin perang di Ukraina. Penunjukkan itu dilakukan usai Rusia gagal menguasai ibu kota Ukraina, Kyiv.
Pejabat Amerika Serikat dan pejabat Eropa mengatakan jenderal tersebut berasal dari Angkatan yang menjabat sebagai komandan Distrik Militer Selatan Rusia yakni Alexander Dvornikov.
"Ini menunjukkan pengakuan Rusia bahwa itu berjalan sangat buruk dan mereka perlu melakukan sesuatu yang berbeda," kata pejabat Eropa tersebut, seperti dikutip dari CNN, Minggu (10/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dvornikov merupakan komandan militer dengan sepak terjang yang tinggi dalam hal pertempuran. Dia adalah komandan pertama operasi militer Rusia di Suriah pada September 2015 silam.
Kala itu, ia diterjunkan untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Di bawah komando Dvornikov, pesawat Rusia membombardir kawasan padat penduduk di wilayah Aleppo Timur dan menyebabkan banyak korban sipil. Kota itu pun jatuh ke tangan pasukan pemerintah Suriah pada Desember 2016.
Rusia disebut berharap penunjukkan Dvornikov sebagai jenderal perang baru di Ukraina dapat membuat pasukannya fokus menaklukan wilayah Donbas.
Berlanjut ke halaman berikutnya >>>
[Gambas:Video CNN]
Diketahui, Rusia menggunakan taktik yang sama dengan di Suriah dan Afghanistan, yaitu menyerang bangunan tempat tinggal di kota-kota besar di beberapa wilayah Ukraina dan menghancurkan sebagian besar kota pelabuhan Mariupol.
"Kita akan lihat seberapa efektif itu terbukti," kata pejabat Eropa itu.
"Doktrin Rusia, taktik Rusia tetap sama seperti sejak Afghanistan."
Sebelumnya, CNN melaporkan Rusia tidak memiliki komandan militer dalam operasinya di Ukraina. Pasukan Rusia disebut beroperasi tanpa koordinasi dan terkadang memiliki tujuan yang tak seragam.
AS menilai Putin kemungkinan akan menunjuk seorang jenderal yang pasukannya beroperasi di wilayah selatan Ukraina. Sebab, di kawasan tersebut Rusia telah mengambil dan menguasai sejumlah wilayah, sebagai peralihan kegagalan Rusia untuk mengepung Kyiv dan kota-kota di Ukraina utara.
Analis militer dan pejabat AS yang familiat dengan intelijen telah berspekulasi bahwa penunjukan Dvornikov dilatarbelakangi oleh tujuan Putin menyabet kemajuan signifikan dan nyata di Ukraina sebelum Hari Kemenangan pada 9 Mei. Victory Day merupakan salah satu hari nasional terpenting Rusia yang memperingati kekalahan pasukan Nazi Jerman di Perang Dunia II.
Pejabat Eropa menganggap tenggat waktu ini dapat menyebabkan Rusia membuat kesalahan yang lebib buruk di Ukraina.
Rencana ini, kata Eropa, juga berpotensi menyebabkan pasukan Rusia melakukan lebih banyak kekejaman, seperti yang diduga terjadi di pinggiran kota Kyiv, Bucha, saat berada di bawah pendudukan Rusia.
[Gambas:Photo CNN]
"Bau kejahatan perang ini akan menyelimuti angkatan bersenjata Rusia ini selama bertahun-tahun," kata pejabat itu.
Penunjukan Dvornikov berlangsung ketika Rusia memutuskan mengubah strategi invasinya ke Ukraina agar lebih terfokus menggepur wilayah timur negara eks Uni Soviet itu setelah gagal menduduki ibu kota Kyiv dalam fase pertama perang.
Akhir Maret lalu, Moskow menyatakan fase pertama perang di Ukraina selesai dan kini akan berfokus menggempur wilayah timur negara itu, seperti Donbas.
Sejumlah pejabat Barat menilai Rusia tengah menyusun strategi untuk serangan baru yang lebih besar, termasuk menambah pasukan.
Awal April lalu, Inggris melaporkan Rusia kembali mengerahkan pasukan dari Georgia ke Ukraina untuk terus melanjutkan agresi.
Sekitar 1.200 hingga 2.000 pasukan Rusia tengah dikerahkan kembali ke kelompok Batalion Taktis 3X.
Menurut pejabat Barat, Moskow berencana merebut sebanyak mungkin wilayah di bagian timur Ukraina termasuk Donbas.