Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional (HI) Universitas Airlangga (Unair), Radityo Dharmaputra, mengatakan kekaguman warga RI terhadap Putin disebabkan mayoritas karena pembawaan dan citra sang penguasa Rusia tersebut.
Menurutnya, warga Indonesia kagum dengan pemimpin yang berkarakter kuat dan tegas, sementara itu Putin dinilai memiliki kedua kriteria tersebut. Citra Putin juga dinilai mirip dengan Presiden Pertama RI, Soekarno.
"Yang muncul, Putin adalah mantan intelijen. Sementara, Presiden Ukraina [Volodymyr Zelensky adalah mantan] komedian. Seakan-akan kalau mantan intelijen bisa jadi pemerintah, sedangkan komedian jadi presiden kan dianggap negaranya enggak benar," kata Radityo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, warga Indonesia memiliki persepsi bahwa pemimpin harus tegas dan berani.
"Sepertinya banyak romantisme masa lalu ya, terutama romantisme bahwa Indonesia itu bangsa besar, pemimpinnya juga harus kuat dan berani berbicara di forum-forum internasional. Kita selalu melihat yang namanya pemimpin itu harus tegas, harus berani," kata Radityo saat diwawancara, Selasa (12/4).
Tak hanya itu, Radityo menilai logika kepemimpinan masyarakat Indonesia berfokus pada penyelesaian masalah dilakukan oleh pemimpin. Selain itu, Radityo mengatakan ia mengerti alasan masyarakat RI mencari pemimpin yang tegas, mengingat Indonesia merupakan negara besar dan majemuk.
"Kita ingin problem-problem masyarakat Indonesia diselesaikan oleh orang yang kita pilih sebagai pemimpin. Ini agak beda mungkin ya, logika leadership kita, terutama di Indonesia, dengan masyarakat yang sangat majemuk, jumlahnya banyak, secara etnis juga berbeda-beda. Kita butuh orang yang bisa menangani segala perbedaan itu, dan biasanya perbedaan itu ditangani dengan cara yang agak otoriter," ujarnya lagi.
Meski demikian, Radityo menyinggung bahwa kepemimpinan otoriter bukan berarti lepas dari masalah.
"Tapi kadang masyarakat lupa pemimpin otoriter datang dengan sebagai macam masalah lain," tuturnya.
Sementara itu, Profesor Kajian Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menilai ketertarikan warga RI terhadap pemimpin kontroversial ini pun tak lepas dari kondisi ekonomi masyarakat. Yon menyoroti pandemi Covid-19 membuat ekonomi negara berantakan.
"Sebenarnya sih secara global ada semacam tren global dengan dinamika politik, bahwa kondisi saat ini yang berpotensi pada krisis global akibat pandemi yang cukup panjang, dan itu juga menghantam aspek ekonomi, maka orang cenderung menginginkan adanya kepastian. Baik dari sisi ekonomi maupun politik," kata Yon saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (12/4).
Kepastian ini, menurut Yon, bisa diraih oleh pemimpin-pemimpin berkarakter tegas seperti MbS, Erdogan, maupun Putin.
"Ekonomi tidak berjalan apabila tidak ada stabilitas politik. Nah pemimpin-pemimpin yang cenderung 'menunjukkan sisi otoriter' dalam kondisi krisis maka lebih disukai, karena mereka bisa secara tegas membuat sebuah keputusan yang penting bagi sebuah negara atau bangsa," lanjutnya.
Selain itu, Yon berpendapat sosok pemimpin yang percaya diri menyuarakan kepentingan negaranya juga kerap disukai masyarakat saat ini.
"Yang kedua adalah bagaimana pemimpin itu dianggap bisa menyuarakan kepentingan nasional suatu bangsa atau negara, di dunia internasional disebut percaya diri, seperti Erdogan, Putin, maupun MbS dalam hal menyuarakan kepentingan negaranya. Sosok-sosok di masa kritis itu cenderung disukai karena rakyat ingin segera keluar dari pandemi, ingin kembali bangkit ekonominya, sehingga kadang wacana-wacana demokrasi agak sedikit dikesampingkan demi untuk memperkuat kembali ekonomi," jelasnya.
(rds)