Pen merupakan pemimpin sayap kanan yang menjadi musuh utama Macron.
Sebagaimana diberitakan CNN, Pen merupakan bagian dari keluarga sayap kanan pertama di Prancis.
Ayah Pen, Jean-Marie Le Pen, membangun Front Nasional pada 1972. Ini merupakan partai politik yang dipandang rasis dan anti-Yahudi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Britannica, Pen merupakan anak termuda dari tiga bersaudara.
Pen mendapatkan gelar hukum di Universitas Pantheon-Assas pada 1991. Ia juga mendapatkan gelar lanjutan dalam hukum kriminal pada 1992.
Setelah Pen mendapatkan sertifikasi, ia bekerja sebagai pengacara mulai 1992 hingga 1998.
Pen kemudian bergabung ke Front Nasional pada 1998 dan karir politiknya berkembang sejak itu. Ia sempat menjadi wakil presiden Front Nasional pada 2003.
Meski dididik dengan pandangan sayap kanan, seperti anti-Yahudi, Pen tidak menyetujui pandangan anti-Yahudi tersebut.
Pada Mei 2011, Pen terpilih mewakilkan Front Nasional untuk menjadi kandidat presiden dari partai tersebut untuk 2012. Namun, ia gagal mengambil alih kekuasaan.
Selain itu, Pen sempat melawan Macron dengan menempatkan dirinya sebagai Donald Trump versi Prancis.
Kala itu ia juga ingin melarang perempuan menggunakan jilbab di ruang pergi. Meski demikian, Pen kalah melawan Macron.
Kini, Pen mencoba berkampanye mengandalkan isu sosial, salah satunya terkait inflasi dan kenaikan harga bahan bakar.