Shanghai Catat Kematian Covid Perdana sejak Lockdown Gede-gedean

Shanghai melaporkan tiga kasus kematian pertama akibat Covid-19 sejak lockdown ketat besar-besaran diterapkan di kota China itu sejak akhir Maret lalu.

China melaporkan tiga kematian pertama tersebut pada Senin (18/4). Setelah itu, pada hari ini, Selasa (19/4), Shanghai kembali melaporkan tujuh kematian akibat Covid-19.

Menurut anggota Komisi Kesehatan Shanghai, Qianyu Wu, tujuh orang yang meninggal itu belum menerima vaksin. Mereka berusia antara 60 hingga 101 tahun, dan memiliki riwayat sakit jantung serta diabetes.

"[Para pasien] menjadi sakit parah usai dirawat di rumah sakit, dan meninggal setelah upaya penyelamatan yang tak efektif. Penyebab langsung kematian adalah penyakit yang diderita mereka," kata Qianyu, dikutip AFP.

Shanghai diamuk Covid-19 sejak bulan lalu. Pemerintah kemudian menetapkan penguncian wilayah di kota itu pada akhir Maret.

Mulanya, lockdown hanya parsial dan disebut akan berakhir dalam dua pekan. Namun, aturan itu tetap berjalan hingga sekarang.

Sejak lockdown, banyak penduduk di Shanghai mengeluh karena kekurangan makanan dan bantuan tak merata, sementara mereka tak bisa kemana-mana.

Tak hanya Shanghai, sejumlah kota lain di China juga menerapkan lockdown serupa. Negeri Tirai Bambu memang tengah mengalami gelombang Covid-19, meski negara lain sudah bersiap menuju fase endemi.

Saat awal pandemi, China menerapkan strategi nol-Covid yang dianggap mampu meredam penyebaran virus corona.

Namun, strategi tersebut kini dianggap tak efektif menghalau lonjakan Covid-19 karena sejumlah varian baru lebi cepat menular.

Lonjakan juga terjadi di wilayah dengan tingkat vaksinasi rendah. Kebanyakan kasus menginfeksi para warga lanjut usia.

Di Shanghai, tingkat vaksinasi untuk kelompok usia 60 tahun ke atas kurang dari dua pertiga jumlah penduduk, sementara yang sudah divaksin booster baru 40 persen.

Hingga kini, total kasus di Shanghai mencapai lebih 20 ribu, meski mayoritas kasus tak bergejala. Secara keseluruhan, kasus Covid-19 di China mencapai 590 ribu.