NATO Latihan Siber Skala Besar, Antisipasi Serangan Rusia
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memulai latihan siber skala besar pada Selasa (19/4). Sebanyak 32 negara berlatih menangkal peretasan terhadap infrastruktur penting, seperti pembangkit listrik dan sistem pertahanan udara.
"[Latihan itu mencerminkan] skenario serangan nyata berdasarkan serangan siber yang terjadi dalam 30 tahun terakhir," ujar Kepala Pusat Keamanan Siber NATO, Ian West, kepada CNN dalam sebuah surel.
Latihan ini bertujuan untuk melatih partisipan agar dapat menjaga dan memastikan keamanan infrastruktur penting, seperti pembangkit listrik, sistem pertahanan udara, sistem finansial, dan lain sebagainya.
Sebagaimana diberitakan CNN, hampir 2.000 partisipan dari 32 negara mengikuti latihan siber yang dikenal dengan nama 'Locked Shield' ini.
Menurut Barat, latihan itu tidak secara langsung berhubungan dengan potensi ancaman siber di tengah perang Rusia-Ukraina.
Lihat Juga :KILAS INTERNASIONAL Capres Prancis Bakal Larang Hijab hingga Rusia Desak Ukraina Menyerah |
Meski demikian, kondisi perang dan dugaan kegiatan siber yang dilakukan Rusia-Belarus membuat Barat waspada.
Kewaspadaan itu muncul mengingat beberapa laporan percobaan peretasan di kubu Barat terus berdatangan.
Sejak invasi Rusia dimulai, peretas asal Belarus diduga mencoba membobol akun surel pejabat pemerintah Eropa.
Menurut keterangan firma keamanan siber Proofpoint, para pejabat yang diincar terlibat dalam mengatur logistik untuk pengungsi dari Ukraina.
Selain itu, peneliti dari Broadcom Software mengatakan peretas tak teridentifikasi sempat menargetkan kontraktor pemerintah Ukraina dan dua anggota NATO. Peretas diduga mencoba menanamkan kode yang mampu menghapus sistem komputer.
Perisai Terkunci sendiri merupakan latihan skala besar yang dilakukan sejak 2010. Latihan ini diselenggarakan oleh Pusat Keunggulan Pertahanan Siber Koperasi NATO (CCDCOE) di Estonia.