Pihak Ukraina menyatakan Rusia setuju membuka jalur aman untuk evakuasi warga sipil Ukraina pada Rabu (20/4) ini.
Kesepakatan untuk sementara itu dicapai sebelum pasukan Kremlin melancarkan bombardir besar-besaran di Mariupol.
"Kami berhasil mencapai kesepakatan awal untuk jalur kemanusiaan bagi kaum wanita, anak-anak, dan para lansia," demikian Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, menulis di Telegram seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan demikian, warga sipil Ukraina dari kaum perempuan, anak-anak, dan lansia bisa segera keluar dari Mariupol dengan aman.
Sebelumnya, militer Rusia mengeluarkan ultimatum kepada para pasukan dan milisi Ukraina untuk segera menyerah sebelum Kremlin melakukan serangan besar.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Capres Prancis Bakal Larang Hijab hingga Rusia Desak Ukraina Menyerah |
"Kami sekali lagi meminta pemerintahan Kyiv untuk memberi alasan dan perintah untuk para pejuangnya agar menghentikan perlawanan yang tak masuk akal," demikian bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa (19/4).
"Namun, kami memahami bahwa pasukan Ukraina tak akan diberikan instruksi dan perintah seperti itu dari pemerintahan Kyiv, jadi kami meminta para tentara secara sukarela mengambil keputusan ini dan meletakkan senjata," paparnya menambahkan.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, mengonfirmasi pasukan negaranya secara bertahap tengah menerapkan operasi untuk "membebaskan" atau merebut Ukraina timur.
"Kami mengambil langkah untuk merestorasi perdamaian," kata Shoigu dalam rapat dengan komandan militer Rusia seperti dikutip AFP.
Rusia, belakangan ini, telah memfokuskan pertempuran di sekitar pelabuhan Mariupol, Laut Azov, meski terus menggempur sebagian besar wilayah Ukraina timur seperti Donetsk, Luhansk, dan Donbas.
Mariupol merupakan kota pelabuhan yang menghubungkan bagian timur Ukraina dan semenanjung Crimea, wilayah yang dianeksasi Rusia pada 2014 lalu.