Sri Lanka menerapkan jam malam di Rambukkana, kota di mana polisi menembak seorang demonstran hingga tewas di tengah unjuk rasa akibat krisis ekonomi pada Selasa (19/4).
AFP melaporkan, Sri Lanka langsung menerapkan jam malam tak lama setelah insiden tersebut terjadi. Mereka kemudian memperpanjang larangan keluar rumah hingga hari ini, Rabu (20/4).
Di pagi hari, toko-toko terlihat tutup. Ruas-ruas jalan sepi. Hanya terlihat selongsong peluru sisa bentrokan bertebaran di jalanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemandangan tersebut dianggap tak biasa karena ini merupakan kali pertama polisi menggunakan timah panas untuk menertibkan massa.
Kepolisian Sri Lanka melepaskan tembakan itu ke arah massa yang memblokir jalan pada Selasa.
Saat itu, para pengunjuk rasa sedang menyuarakan protes mereka karena harga minyak dan bahan-bahan pokok melambung tinggi di tengah krisis ekonomi.
Akibat tindakan kepolisian ini, sepuluh orang lainnya juga terluka. Para warga itu sudah dilarikan ke rumah sakit.
Sri Lanka memang sedang tercekik krisis ekonomi yang memicu kekurangan makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya.
Situasi ini disebut-sebut sebagai krisis ekonomi terparah yang pernah menjerat Sri Lanka sejak negara itu merdeka dari Inggris pada 1948.
Akibat krisis ini, aksi demonstrasi ricuh pecah di berbagai penjuru Sri Lanka. Para pengunjuk rasa menghancurkan tembok pembatas, melempar batu ke arah polisi, hingga membakar bus.
Mereka menuding pemerintah tak becus mengurus masalah ekonomi. Senada dengan para demonstran, pakar ekonomi juga menganggap krisis ini terjadi akibat pemerintah yang tak kompeten.
(has)