Sebelumnya, komandan batalion Azov, Svyatoslav Palamar, mengatakan telah meminta negosiator Ukraina datang ke Mariupol dan berdialog bersama pihak Rusia.
Permintaan ini direspons oleh negosiator Ukraina, Mykhailo Podolyak. Ia bersedia berdialog dengan Rusia di Mariupol tanpa kondisi.
"Tanpa kondisi apapun. Kami siap melangsungkan ronde spesial negosiasi di Mariupol. Satu lawan satu. Dua lawan dua. Untuk menyelamatkan kawan kami, Azov, militer, warga sipil, anak-anak, yang hidup dan terluka. Semuanya," ujar Podolyak dalam pernyataan Twitter, Kamis (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan bahwa pasukannya tak memiliki cukup senjata 'berat dan serius' untuk mengalahkan Rusia di Mariupol.
Lihat Juga :![]() KILAS INTERNASIONAL Macron Tolak Ide Larangan Hijab hingga Putin Tes Rudal Antarbenua |
"Pertama, ini termasuk senjata serius dan berat, saat ini kami tidak memiliki cukup senjata tersebut untuk membebaskan Mariupol. Jalan kedua adalah diplomasi. Sejauh ini Rusia belum menyetujui itu," kata Zelensky pada Rabu (20/4), dikutip dari CNN.
"Kami tidak tahu kapan kami bisa membebaskan Mariupol. Dan saya mengungkapkannya secara terbuka, bahwa semua pasukan di Mariupol menginginkan kemenangan kami, tidak ada dari mereka yang mau menyerah kepada musuh," lanjutnya.
Mariupol sendiri telah lama dikuasai Rusia. Kota itu juga disebut terancam mengalami krisis kemanusiaan akibat kekurangan, listrik, pangan, dan air.
Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko, bahkan menyatakan sekitar 100 ribu warga terjebak di kota itu dan puluhan ribu orang telah dibunuh di sana.
(pwn/bac)