Halimah Yacob langsung dielu-elukan saat dilantik menjadi presiden perempuan pertama Singapura. Dikenal sebagai pejuang hak perempuan, Halimah pun masuk daftar tokoh Muslim paling berpengaruh.
Nama Halimah pun terpampang dalam majalah The 500 Most Influential Muslims edisi 2022. Bertengger di posisi 36, Halimah bersanding dengan puluhan tokoh Muslim dunia lainnya yang memiliki pengaruh kuat.
Di Singapura, Halimah memang memegang pengaruh kuat. Ia dikenal sebagai pejuang hak-hak pekerja, terutama perempuan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lahir di tengah keluarga Melyu pada 23 Agustus 1954, Halimah tumbuh dengan seorang ibu dan ditemani empat saudara.
Ayah Halimah meninggal dunia saat usianya masih delapan tahun sehingga ibunya harus membesarkan lima anak seorang diri.
Ibu Halimah adalah penjual nasi padang keliling, kemudian berhasil mendapatkan izin warung jajanan. Halimah sering membantu ibunya membersihkan kios, mencuci piring, membereskan meja, dan melayani pelanggan.
Meski menghadapi berbagai kesulitan, Halimah terus menempuh pendidikan. Ia bersekolah di Sekolah Perempuan Tiongkok Singapura pada akhir 1960-an.
Ia berhasil meraih gelar hukum di Universitas Nasional Singapura pada 1978. Halimah lalu bekerja di Kongres Serikat Pekerja Nasional (NTUC) dan sempat menjadi direktur Institut Studi Tenaga Kerja Singapura.
Pada 1980, Halimah menikah dengan kekasihnya sejak di bangku universitas, Mohamed Abdullah Alhabshee. Pasangan ini memiliki lima anak.
Sementara itu, karir politik Halimah dimulai pada 2001, saat ia mendapatkan kursi parlemen di Konstituensi Perwakilan Jurong Group.
Ia menjadi perempuan Malaysia pertama yang berhasil masuk ke jajaran parlemen Singapura, sebagaimana tertera di situs resmi Dewan Organisasi Perempuan Singapura (SCWO).
Satu dekade kemudian, Halimah terpilih menjadi Menteri Sosial dan Pengembangan Keluarga.
Pada 2013, Halimah menjadi perempuan pertama yang ditunjuk sebagai juru bicara parlemen. Setelah itu, ia mengemban tanggung jawab sebagai Presiden Singapura sejak 2017.
Sebagai presiden, Halimah berfokus pada nilai multikulturalisme, meritokrasi, dan kepengurusan. Menurutnya, tiga nilai ini fundamental untuk menjaga kesuksesan Singapura, dikutip dari The Straits Times.