Anak Duta Besar Ukraina di Jakarta, Vasyl Hamianin, Hamianin Varvara, membeberkan proses evakuasi bersama warga Indonesia hingga tiba di negara ini.
CNNIndonesia.com berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Hamianin Varvara selaku remaja di Ukraina, di Jakarta pada Rabu (20/4).
Varvara tiba di Jakarta pada 13 Maret bersama para WNI yang sudah dievakuasi. Ia mengaku melalui proses yang panjang sebelum tiba di negara tempat ayahnya bekerja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Evakuasi sungguh panjang karena kami harus melewati Kyiv ke Lviv dulu, dan biasanya jarak tempuh enam jam tapi kami di jalan selama 20 jam. Ya Anda tahu lah macet, banyak orang," kata Varvara.
Menurut dia, warga Indonesia di Ukraina banyak membantu evakuasi. Varvara pun menyampaikan terima kasih, sebab itu sangat berarti bagi ia dan adik laki-lakinya yang turut serta.
Varvara juga membeberkan detik-detik meninggalkan negara kelahirannya.
"Sebetulnya itu seperti saya berada dalam air. Saya tak mendengar suara-suara apa pun, dan saya tak tahu apa yang saya pikirkan karena itu rumah saya dan saya meninggalkan keluarga saya. Itu sangat berat dan sakit tentu saja," tutur dia.
Saat di Ukraina, Varvara kerap mengunggah video di media sosial, di mana dia menceritakan situasi di negaranya dan tindakan Rusia.
Selama di Indonesia, ia melakukan hal yang serupa. Varvara mengunggah ulang informasi di akun Instagramnya. Cara ini dianggap sebagai bentuk kampanye dia atas kejahatan Rusia.
Varvara juga menyayangkan di Indonesia tak bisa melakukan demonstrasi.
"Saya juga tak bisa melakukan protes di Indonesia karena dianggap kriminal jika Anda warga asing turun ke jalan. Jadi saya hanya menunggu sampai akun saya pulih," kata dia.
Di belahan dunia lain, banyak negara yang melakukan protes menolak invasi Rusia. Namun di Indonesia, menurutnya, justru banyak yang tak percaya perang di Ukraina.
Meski demikian Varvara tak bisa menyalahkan mereka karena selama ini dianggap terpengaruh propaganda Rusia yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
"Saya kira orang-orang harus menganalisis informasi. Itu. Karena Ukraina tak jauh-jauh amat dari Indonesia, kita berada di planet yang sama, dan kita tak bisa menutup mata saat anak-anak terbunuh," papar dia.
Ia kemudian melanjutkan, "Kita tak harus diam. Kita tak harus menutup mata, karena semua memang terjadi. Kita harus teriak, teriak soal itu, teriak sekencang mungkin karena banyak orang yang tak punya kesempatan bicara lagi."