Presiden China Xi Jinping mengeluarkan peringatan keras bagi orang-orang yang meragukan kebijakan Nol-Covid di negaranya. Itu juga menjadi konfirmasi Xi Jinping tak berniat mundur dari komitmen nol-Covid China.
Hal itu disampaikan ketika Xi Jinping bertemu Komite Tetap Politbiro Partai Komunis China (PKC) pada Kamis (5/5). Xi Jinping juga mengatakan kepada para pejabat untuk "dengan teguh mematuhi kebijakan umum dinamis nol-Covid."
"Kami akan dengan tegas berjuang melawan semua kata dan perbuatan yang mendistorsi, meragukan, dan menyangkal kebijakan pencegahan kami," tuturnya seperti diberitakan The Guardian, Jumat (6/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pidato Xi Jinping juga menyebut "masalah pemahaman yang tidak memadai, persiapan yanhg tidak memadai dan pekerjaan yang tidak memadai dengan tegas mengatasi gagasan penghinaan, ketidakpedulian, dan pembenaran diri."
Ia mengatakan kebijakan nol-covid merupakan ilmiah dan efektif.
"Strategi pencegahan dan pengendalian kami ditentukan sifat dan misi partai, kebijakan kami dapat bertahan dalam ujian sejarah, tindakan kami ilmiah dan efektif," kata komite beranggotakan tujuh orang tersebut.
"Kami telah memenangkan pertempuran untuk mempertahankan Wuhan dan kami pasti akan memenangkan pertempuran untuk mempertahankan Shanghai," menurut kantor berita pemerintah Xinhua.
Menurut sejumlah analis yang telah lama mengamati politik China, peringatan keras tersebut merupakan tanda adanya penolakan internal terhadap kebijakan nol-Covid Xi Jinping dari dalam partai.
"Pernyataan dapat dilihat sebagai kritik langsung terhadap pemimpin PKC lokal yang mempertanyakan kebijakan di pusat, atau yang kurang berhasil dalam menerapkan kebijakan," tulis David Bandurski, co-director China Media Project.
Selama lima pekan terakhir, banyak penduduk Shanghai menggunakan media sosial meminta bantuan dan melampiaskan kemarahan mereka karena kekurangan makanan yang parah dan kurangnya akses ke perawatan medis.
Beberapa penduduk protes dari jendela mereka, membenturkan panci dan wajan, serta berteriak frustrasi. Beberapa yang lain bahkan bentrok dengan polisi dan petugas kesehatan di jalan-jalan.
Keruntuhan ekonomi yang cukup parah juga telah menarik perhatian dari para ekonom dan eksekutif bisnis, terutama mengingat peran Shanghai sebagai pusat keuangan di negara itu, sekaligus pusat manufaktur dan pengiriman utama.
Pada April, sektor jasa China yang menyumbang lebih dari setengah PDB negara dan lebih dari 40 persen lapangan kerja mengalami kontraksi sangat tajam. Selain itu, sektor manufaktur juga mengalami penyusutan yang cukup signifikan.