Beijing juga telah menutup lokasi olahraga seperti gymnasium dan tempat-tempat hiburan, melarang layanan makan di restoran, dan menutup sejumlah rute bus beserta hampir 15 persen dari sistem kereta bawah tanahnya.
Jalanan Beijing lebih lengang dibanding biasanya, dengan banyak orang tak mau melakukan kegiatan yang bisa membuat mereka sebagai suspek atau tercatat jadi kontak erat pasien Covid-19, dan terpaksa menjalani karantina.
Kondisi itu pun membuat bisnis yang tetap berjalan berjuang sekuat tenaga untuk bisa bertahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Seorang tukang cukur yang mengaku bernama Song mengatakan salonnya di sebuah mal papan atas di Chaoyang mengalami penurunan pelanggan semenjak wabah kembali marak.
"Mereka takut mengalami hasil yang tak diinginkan di aplikasi kesehatan mereka," kata Song merujuk pada penggunaan piranti lunak di ponsel yang harus dimiliki semua warga.
"Bagian utara adalah kawasan pusat belanja dan kantor yang sudah disegel, dan aplikasi mungkin mencatat mereka sebagai kontak dekat bila mereka datang," lanjutnya.
Song mengatakan salonnya akan mencoba untuk tetap buka selama yang bisa dilakukan, tapi ia tak tahu akan bisa sampai kapan.
"Wabah ini sungguh meresahkan semua orang," katanya.
Kasus harian Covid-19 di Beijing kini sudah mencapai angka puluhan. Angka itu jauh di bawah Shanghai pada saat ini di tengah wabah yang membuat angka kasus di kota pelabuhan itu jadi ribuan dan terus naik.
Pada Minggu (8/5), Shanghai mengalami menurunan angka kasus pada hari kesembilan, tapi masih bertahan dalam rentang ribuan kasus.
Seperti kota lainnya di China, Shanghai sedang membangun ribuan stasiun pemeriksaan CPR permanen di seluruh penjuru kota.
Dengan sebagian besar warga masih berada di dalam rumah, langkah ini tampaknya sebagai antisipasi ke kehidupan normal secara bertahap. Namun pihak berwenang mengingatkan bahwa mimpi itu masih jauh.
Sejumlah pemimpin tinggi China pekan lalu mengatakan negara itu akan melawan opini apapun yang mendistorsi, meragukan, atau menolak kebijakan Covid-19 mereka.
(reuters/end)