Yosef menerangkan, beberapa kelompok pro-ISIS, seperti MILF (Front Pembebasan Islam Moro), Abu Sayyaf, dan Maute berada di Mindanao. Ada pula keluarga dari dinasti politik lokal yang mengendalikan pulau tersebut.
"Semua hal tersebut menjadi tambah kompleks dengan adanya kelompok-kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS di Mindanao yang terus mengganggu keamanan disana," kata Yosef lagi.
Pendapat yang sama juga diutarakan pengamat dari National War College di Washington, Zachary Abuza. Ia menilai ancaman di Mindanao berasal dari beberapa aliansi yang bersumpah setia kepada ISIS, seperti yang disampaikan Yosef.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
"Secara individu, mereka kecil dan hanya seperti gangguan, dibandingkan ancaman besar ke negara. Namun secara kolektif, mereka menyebar ke berbagai sumber daya pemerintah Filipina meski sedikit," kata Abuza, dikutip dari South China Morning Post.
"Dan saat mereka bekerja sama secara aktif, seperti yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf dan Maute pda 2017 saat masalah Marawi, mereka melakukan dengan efek yang menghancurkan," lanjutnya.
Walaupun demikian, Yosef menilai belum tentu wilayah Mindanao bakal bergejolak meski Marcos Jr berkuasa.
"Belum tentu, karena pihak-pihak yang berkepentingan disana semuanya sudah tidak ingin ada konflik lagi. Apalagi setelah kejadian kelompok Maute Pro- isis yang sempat menguasai Kota Marawi sehingga mengakibatkan pertempuran besar di sana yang melibatkan pemerintah pusat," ujar Yosef saat ditanya apakah kekuasaan Marcos Jr bakal membuat situasi di Mindanao bergejolak.
"Intinya ada atau tidak ada Marcos Jr, situasi di Mindanao selalu ada pergolakan. Pertanyaanya apakah menjadi lebih besar atau lebih kecil pergolakannya bukan soal ada atau tidak ada pergolakannya."
"Jika urusan proses perdamaian tidak bisa diselesaikan dan kelompok teroris pro-ISIS tidak atau belum mampu dikalahkan, belum lagi kita bicara soal kelompok gerilyawan Komunis yang juga masih aktif di sana. maka perdamaian masih akan sulit tercapai," tuturnya lagi.
Meski melihat masalah kompleks di Mindanao, eksekutif direktur dari lembaga think-tank Institut Otonomi dan Pemerintahan, Benedicto Bacani, menilai Marcos Jr tak memiliki rencana jelas untuk mendamaikan Mindanao. Padahal, situasi Mindanao cukup rumit dengan banyaknya kelompok radikal ekstremis dan pemberontak yang bercokol di wilayah itu.
"Kegagalan presiden baru untuk memajukan proses perdamaian penting ini bakal memengaruhi situasi keamanan. Saat pembagian perdamaian tak dirasakan di komunitas, kelompok ekstremis bakal memunculkan agenda Islamis di daerah," kata Bacani.
Namun, Bacani mengharapkan Marcos Jr memberikan banyak peran dalam kesepakatan perdamaian.
"Ini menjadi salah satu alasan mengapa pemimpin politik lokal, yang kekuasaan politiknya terancam oleh kebangkitan MILF (salah satu pemberontak), tengah mendukung Marcos Jr," tuturnya.
"MILF menantang kekuasaan pemerintahan lokal keluarga politik dengan melawan mereka dalam pemilihan lokal."
Sementara itu, profesor di Sekolah Tinggi Kepolisian Nasional Filipina, Mimi Fabe, mengatakan ia percaya Marcos Jr adalah kandidat yang paling mampu mengatasi ancaman keamanan Mindanao. Fabe menilai Marcos Jr memiliki "pengalaman militer, pengalaman legislatif, dan pengalaman eksekutif dalam 30 tahun terakhir."
(rds)