Marcos Jr Menang Pilpres Filipina, Apakah Mindanao Akan Bergolak Lagi?
Ferdinand Marcos Jr, anak eks diktator Filipina Ferdinand Marcos, diprediksi bakal memenangkan pemilihan presiden tahun ini.
Potensi kemenangan Marcos Jr membuat pemimpin gereja Katolik dan aktivis hak asasi manusia khawatir bakal memperburuk konflik dan pemberontakan yang kerap terjadi di wilayah selatan Filipina, terutama Mindanao.
Kemenangan Marcos Jr di Filipina ternyata juga menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Muslim di Mindanao.
"Memang sosok Marcos Jr masih dianggap kelanjutan dari diktator Marcos. Ini mengkhawatirkan bagi Muslim di Mindanao, karena kebijakan mendiang Marcos dikenal sangat keras terhadap umat Islam Mindanao dan telah menyebabkan ribuan orang terbunuh," ujar Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (9/5).
"Tentu ketika tidak [ada] sikap penyesalan atas kesalahan Marcos [Sr] di masa lalu, maka umat Islam di Mindanao tentu masih was-was jika seandainya Marcos Jr melanjutkan kebijakan pendahulunya [Marcos Sr]," lanjutnya.
Tak hanya itu, kekhawatiran yang dialami umat Muslim di Mindanao tersebut dapat menimbulkan ketidakpastian nasib perdamaian daerah tersebut ke depannya.
Walaupun demikian, Yon menilai bila Marcos memberlakukan kebijakan yang lebih akomodatif, itu bakal lebih baik untuk stabilitas politik Filipina.
Sementara itu, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Pelita Harapan, Yosef Djakababa, juga mengakui kekhawatiran masyarakat Mindanao atas kemungkinan sikap Marcos Jr yang represif.
"Memang ada kekhawatiran dari masyarakat Mindanao, jika Bong Bong (Marcos Jr) memenangkan pemilu, dia akan melakukan kebijakan represif seperti yang dilakukan oleh mendiang ayahnya, sang diktator Ferdinand Marcos Sr," kata Yosef saat diwawancara CNNIndonesia.com, Senin (9/5).
Selain itu, Yosef menilai Marcos Jr mungkin saja tak mendukung otonomi daerah yang kini telah diterima Mindanao.
"Kemungkinan Marcos Jr tidak mendukung otonomi daerah yang sudah menjadi elemen penting dari perjanjian damai yang telah terjadi. Dan hal inilah yg paling dikhawatirkan oleh para pemangku kepentingan di Mindanao, karena berpotensi untuk melemahkan kebijakan otonomi daerah yg sudah dimandatkan dalam UU," ujarnya.
Tak hanya itu, Marco Jr juga harus berhadapan dengan kondisi Mindanao yang kompleks, mengingat banyak kelompok masyarakat ada di sana.