Singapura Klaim Pemuda 17 Tahun Terpengaruh UAS Jadi Radikal

CNN Indonesia
Senin, 23 Mei 2022 16:26 WIB
Mendagri Singapura, K Shanmugam, mengklaim pihaknya sudah memantau gerak-gerik penceramah kondang UAS yang memengaruhi dan meradikalisasi warga, Senin (23/5).
Singapura klaim sudah pantau gerak-gerik Ustaz Abdul Somad bikin warganya radikal. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Dalam Negeri Singapura, K Shanmugam, mengklaim pihaknya sudah memantau gerak-gerik penceramah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) yang memengaruhi dan meradikalisasi warga di negaranya, Senin (23/5).

Shanmugam berkata, beberapa orang yang diselidiki berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri Singapura (ISA). Salah satu dari warga yang terpapar yakni anak berusia 17 tahun. Anak itu meyakini bom bunuh diri sebagai tindakan kemartiran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Remaja itu telah menonton ceramah UAS di YouTube. Ia percaya perjuangan kelompok ISIS dan mati sebagai pelaku bom bunuh diri akan mendapat surga sebagai ganjarannya.

"Jadi Anda bisa lihat ceramah Somad [UAS] telah berdampak di dunia nyata," ujar Shanmugam dikutip Straits Times.

Sebelumnya, UAS menjadi perhatian publik usai mengklaim dirinya dideportasi Singapura.

Pernyataan ini, ia sampaikan melalui media sosial Instagram pada Selasa (17/5).

"UAS di ruang 1x2 meter seperti penjara di imigrasi, sebelum dideportasi dari Singapore," tulisnya di Instagram.

Ia mengaku pergi ke Singapura untuk berlibur bersama keluarga dan sahabatnya. Setiba di negara itu keluarga dan sahabatnya diperkenankan masuk.

Namun, seorang petugas menarik UAS. Padahal, kata dia, mereka sudah melengkapi seluruh dokumen.

Menanggapi insiden yang menimpa UAS, KBRI Singapura mengatakan penceramah itu bukan dideportasi melainkan ditolak masuk atau not to land.

Mereka kemudian mengirim nota diplomatik ke Kementerian Luar Negeri Singapura untuk meminta penjelasan lebih lanjut.

Tak lama setelahnya, Kementerian Dalam Negeri Singapura buka suara dengan menyebut UAS ekstremis dan menyebarkan segregasi. Sikap yang demikian tak bisa diterima di wilayah yang multiras dan multi agama.

[Gambas:Video CNN]



(isa/bac)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER