Catatan lain dilansir dari laman Britannica, penggalangan massa Hamas sudah dimulai sejak akhir 1970an dari berbagai jaringan amal, klinik hingga sekolah—yang sebelumnya telah mereka bangun.
Pada Desember 1987 itulah, ketika awal perlawanan warga Palestina terhadap pendudukan Israel atau Intifada I pecah, Hamas didirikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Organisasi ini segera memiliki banyak pengikut. Hingga kemudian menerbitkan Piagam Hamas pada Agustus 1988 yang menyatakan bahwa Hamas adalah sebuah cabang Ikhwanul Muslimin dan berkeinginan mendirikan "negara Islam di seluruh Palestina".
Salah satu pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin, seorang ulama yang juga aktivis pada tahun itu meyakini bahwa Israel sedang berusaha menghancurkan Islam dan berpendapat bahwa muslim yang setia wajib untuk menghancurkan Israel.
Tujuan jangka pendek Hamas adalah membebaskan Palestina dari pendudukan Israel. Sementara tujuan jangka panjangnya adalah mendirikan negara Islam dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania.
Hamas pun segera bertindak dan memicu permusuhan antarkelompok. Serangan Hamas yang semakin keras terhadap sasaran sipil dan militer mendorong Israel menangkap sejumlah pemimpin Hamas pada 1989, termasuk Ahmed Yassin.
Pada tahun-tahun berikutnya, Hamas menjalani reorganisasi untuk memperkuat struktur komando dan menempatkan para pemimpin kunci di luar jangkauan Israel.
Sebuah biro politik yang bertanggung jawab atas hubungan internasional organisasi dan penggalangan dana dibentuk di Amman, Yordania dengan Khaled Meshaal sebagai kepalanya pada 1996.
Adapun sayap militer atau kelompok bersenjata mereka juga telah dibentuk, dikenal dengan sebutan Brigade Izz al-Din al-Qassam.
Pasukan ini melancarkan serangan anti-Israel di wilayah Israel dan Palestina sejak 1990-an. Termasuk pengeboman skala besar terhadap sasaran sipil Israel, serangan senjata ringan, bahan peledak di pinggir jalan hingga, serangan roket.
Hamas kemudian memenangkan pemilihan legislatif pada awal 2006, mengakhiri kekuasaan partai sekuler Fatah. Organisasi ini pun terus melawan dan menolak untuk melepaskan perlawanannya terhadap Israel.
Pada awal 2008, Hamas melancarkan bom bunuh diri yang menewaskan seorang warga sipil serta berbagai serangan roket dan mortir yang melukai warga sipil.
Pada Juni 2008, Hamas menandatangani perjanjian enam bulan dengan Israel untuk mengurangi serangan roket.
Setelah ketenangan sementara sempat terwujud, Hamas kembali melanjutkan serangan roket yang memicu operasi besar Israel pada akhir Desember 2008.
Menilik sejarah Hamas tersebut, sejumlah negara mengategorikan Hamas sebagai organisasi teroris, termasuk di antaranya Pemerintah Amerika Serikat, Israel, Uni Eropa, dan Inggris.
Kendati bagi beberapa negara lainnya, kategori tersebut hanya berlaku bagi sayap militer Hamas.
(nma)