Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi tentara Rusia yang terluka dalam kampanye militer Moskow di Ukraina pada Rabu (25/5). Itu menjadi kunjungan pertamanya sejak mengirimkan pasukan ke negara pro-Barat.
Dalam kunjungan itu, Putin memuji tentara Rusia sebagai pahlawan. Berdasarkan saluran televisi Rossiya-24, ia juga mengobrol dengan tentara di rumah sakit militer Mandryka Moskow dengan mengenakan jas medis putih.
"Ini adalah orang-orang yang mempertaruhkan kesehatan dan kehidupan mereka demi rakyat dan anak-anak Donbas, demi Rusia," kata Putin setelah bertemu para tentara, seperti dikutip AFP, Rabu (25/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka semua adalah pahlawan."
Putin datang ke rumah sakit tersebut didampingi Menteri Pertahanan Sergei Shoigu. Para prajurit yang dirawat terlihat mengenakan piyama yang dihiasi dengan logo tentara Rusia berdiri kaku di samping tempat tidur.
![]() Presiden Rusia Vladimir Putin menjenguk tentara yang terluka saat gencatan militer dengan Ukraina di RS Militer Mandryka, Rabu (25/5). |
Putin berjabat tangan dengan para tentara tersebut dan menanyakan beberapa hal, seperti tentang bayi laki-lakinya, mengatakan kepadanya, "Dia (sang bayi) akan bangga dengan ayahnya."
Putin juga bertanya kepada dokter untuk memastikan tim medis memiliki semua yang mereka butuhkan, dan mendapat jawaban afirmatif.
Pada Selasa (24/5), Shoigu mengatakan Moskow siap untuk konflik berkepanjangan di Ukraina untuk mencapai tujuan Kremlin di negara pro-Barat.
Sebelumnya, tepatnya ada 25 Maret, Rusia mengatakan sekitar 1.351 tentara tewas dan 3.825 terluka di Ukraina. Pihak berwenang belum merilis angka baru setelah itu.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan dia hanya ingin bertemu Presiden Vladimir Putin demi mengakhiri invasi Rusia ke negaranya.
Menurut Zelensky, Putin satu-satunya pejabat Rusia yang ia ingin temui saat ini karena sang presiden lah yang dapat menghentikan invasi.
Rusia dan Ukraina telah mengadakan pembicaraan sporadis sejak Moskow melancarkan invasi pada 24 Februari. Namun, rentetan dialog itu tak membuahkan hasil nyata, terutama soal penghentian invasi hingga akhirnya kedua belah pihak memutuskan menghentikan perundingan.
Meski begitu, Zelensky menegaskan tidak mungkin menghentikan perang tanpa melibatkan semacam diplomasi.