Korea Utara mengatakan telah mengendalikan wabah Covid-19 di negaranya. Media pemerintah melaporkan penurunan kasus terjadi tujuh hari berturut-turut hingga Jumat (27/5) saat petugas kesehatan mengintensifkan pengujian dan perawatan.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah memberitakan "kemajuan" telah terjadi dalam mendiagnosis dan merawat pasien berkat "usaha dan dedikasi" pekerja medis.
"Angka kasus penyakit dan kematian secara nasional telah menurun drastis," tulis kantor berita itu, seperti dikutip AFP pada Jumat (27/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari ini (27/5), Korea Utara melaporkan lebih dari 100 ribu kasus baru "demam." Angka itu turun dari laporan harian pada awal Mei 2022 yang mencapai 390 ribu kasus.
KCNA juga melaporkan satu kematian, sehingga total menjadi 69 orang sejak kasus pertama dilaporkan negara itu pada 12 Mei. Kantor berita itu juga mengklaim tingkat kematian tetap pada 0,002 persen.
Namun, para ahli mempertanyakan angka resmi karena negara yang terisolasi itu memiliki salah satu sistem perawatan kesehatan terburuk di dunia dan kemungkinan tidak ada obat Covid-19 atau kemampuan pengujian massal.
Tak hanya itu, Korea utara juga belum memvaksinasi satu pun dari sekitar 25 juta orang, setelah menolak suntikan yang ditawarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sementara itu, petugas medis tentara yang ditempatkan di Pyongyang Jong Jun-ho mengatakan jumlah pasien yang dirawat tim setiap hari menurun drastis.
"Awalnya banyak yang demam sehingga kebanyakan diberikan obat antipiretik (penurun demam)," kata Jong Jun-ho.
Dari pasien yang mencapai 400 per hari, ucap Jong Jun-ho, kini hanya sekitar 30 orang per hari. Ia mengklaim banyak orang sembuh setelah diberikan obat bronkitis.
Pada pekan ini, salah satu warga Korea Utara mengutarakan kasus Covid-19 semakin tinggi dengan banyak wanita hamil yang positif dan dirawat di hotel, gudang, dan fasilitas medis yang tak memiliki layanan kesehatan layak.
"Di Hotel Anju, pria dan wanita dengan gejala Covid-19 dirawat ruang terpisah dan diisolasi di ruangan mereka. Banyak perempuan hamil dengan gejala berat yang dikarantina di hotel," kata seorang warga di Kota Anju kepada Radio Free Asia.
"Muncul beberapa kasus bayi meninggal sebelum dilahirkan. Lahir sebelum tanggal yang ditentukan [prematur] karena ibunya tak menerima perawatan layak," lanjut sumber itu.
Cerita lain datang dari warga di Kota Chungsan. Sumber kedua menyampaikan suspek Covid-19 di wilayah itu diisolasi di gudang pertanian.
"Makanan diberikan oleh pemerintah lokal. Dua pil demam diberikan oleh Komite Sentral untuk setiap orang, tetapi itu tak benar-benar bekerja untuk pasien demam tinggi," ujar sumber kedua.
Sumber kedua menyampaikan, sekitar 300 pasien sempat di karantina di gudang dan kantor propaganda. Sebanyak 20 di antaranya adalah wanita hamil.
(afp/chri)