Laporan CAR: BIN Pakai Mortir dari Serbia untuk Papua

CNN Indonesia
Jumat, 03 Jun 2022 11:50 WIB
BIN dilaporkan membeli nyaris 2.500 mortir dari Serbia untuk agen mata-mata RI di Papua dan beberapa dijatuhkan ke desa-desa di wilayah itu pada 2021 lalu.
Foto ilustrasi lambang BIN. (Dok. bin.go.id)

Salah satu komisaris perusahaan PT Pindad, Alexandra Wuhan, menolak untuk membahas secara spesifik pembelian senjata itu. Ia hanya mengatakan perusahaan tunduk dengan aturan.

"Pindad berkewajiban dan tunduk pada hukum, aturan, dan peraturan Indonesia soal pengadaan senjata militer dan sipil, begitu juga BIN sebagai pengguna akhir," tutur Alexandra, seperti dikutip dari Reuters.

Alexandra lalu berkata, "Pindad tak bisa bertanggung jawab soal kapan dan di mana senjata digunakan pihak berwenang Indonesia. Kami tidak punya wewenang seperti itu."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menanggapi serangan tahun lalu, juru bicara TNI, Kolonel Wieng Paronoto, mengatakan kepada Reuters personelnya tak menjatuhkan amunisi di desa-desa. Dia juga menolak mengatakan apakah BIN menyebarkan amunisi.

Adapun soal pengadaan senjata, salah satu sumber kementerian pertahanan mengatakan pihaknya tak pernah menyetujui pembelian atau peraturan apa pun yang memungkinkan BIN mendapat amunisi.

"Ini menimbulkan pertanyaan mengapa BIN menginginkan itu," kata sumber itu, seperti dikutip dari Reuters.

Menyoal senjata itu, eks Jenderal sekaligus anggota Majelis Kehormatan Dewan (MKD), Tubagus Hasanuddin, mengatakan BIN bisa memperoleh senjata ringan sebagai pertahanan para agennya. Namun, lain hal jika senjata kelas militer.

"[Senjata kelas militer] harus untuk tujuan pendidikan atau pelatihan dan bukan untuk tujuan tempur," kata Tubagus kepada Reuters.

Ia kemudian berujar, "Kami perlu melakukan audiensi terlebih dahulu dengan BIN dan memeriksa alasannya. Setelah itu kami akan memeriksa legalitasnya."

Anggota Komisi I DPR yang membawahi BIN juga buka suara. Ia mengaku menyelidiki sendiri temuan laporan CAR untuk memastikan apakah ada kesalahan atau tidak.

Pejabat itu juga sudah mendekati BIN dan PT Pindad untuk meminta penjelasan, tapi tak mendapat apa pun.

"Pasti ada sesuatu yang sangat, sangat sensitif soal itu," kata anggota Komisi I DPR yang enggan disebutkan identitasnya seperti dilansir dari Reuters.

Meski sejumlah pejabat RI membantah atau bungkam, Serbia telah mengonfirmasi bahwa Krusic membuat mortir berdaya ledak tinggi M-72.

Mortir itu dijual bersama dengan 3.000 inisiator elektronik dan perangkat pengatur waktu ke pemasok senjata Serbia Zenitprom DOO pada Februari 2021, demikian tulis laporan itu.

Zenitprom DOO kemudian mengekspor amunisi tersebut ke PT Pindad untuk BIN, kata CAR.

Saat awal proses pengadaan yakni pada 6 Oktober 2020, BIN memberikan sertifikat pengguna akhir kepada otoritas Serbia dengan Nomor R-540/X/2020. Sertifikat ini menegaskan mereka akan menjadi pengguna eksklusif barang dalam konsinyasi dan amunisi. Mereka juga tak akan mengirim atau menjual ke pihak lain tanpa izin dari pihak berwenang Serbia.

Lebih lanjut laporan tersebut menerangkan, tak ada permintaan untuk mengirim senjata sebelum serangan di Papua.

Dalam laporannya, CAR mengatakan Serbia mengonfirmasi nomor lot pada cangkang yang digunakan di Papua sama dengan yang dibeli BIN.

Beberapa rincian laporan tak bisa dikonfirmasi secara independen termasuk nomor lot yang cocok dengan mortir, transfer pengiriman amunisi ke BIN atau apakah BIN mematuhi sertifikat pengguna akhir.

Reuters juga tak dapat menentukan siapa yang memodifikasi mortir atau mengapa BIN membeli timer dan penyala.

CAR menuliskan BIN telah memberi pemerintah Serbia "sertifikasi verifikasi pengiriman", meskipun Reuters tak bisa mengonfirmasi secara independen bahwa senjata iu telah tiba di tangan BIN.

Situasi keamanan di Papua telah memburuk secara dramatis sejak April 2021 lalu setelah kelompok separatis membunuh kepala kantor BIN Papua dalam penyergapan.

Selain itu, menurut pernyataan pelapor khusus PBB, mengatakan ada pelanggaran yang mengejutkan dari pemerintah RI antara April dan November 2021 lalu.

Mulai 10 Oktober 2021, helikopter dan drone menembak dan menjatuhkan amunisi di delapan desa di distrik Kiwirok selama beberapa hari.

CNNIndonesia.com sudah mencoba menghubungi Juru Bicara Kementerian Pertahanan RI, Dahnil Anzar Simanjutak serta Juru Bicara BIN, Wawan Purwanto, untuk meminta konfirmasi dan tanggapan pada Jumat (3/6). Namun, keduanya tak segera memberi komentar hingga berita ini dipublikasi.

(reuters/isa/bac)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER