Masinis kereta api berkecepatan tinggi dinyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan di Provinsi Guizhou, China Barat Daya, Sabtu (4/6). Delapan penumpang juga dilaporkan mengalami cedera dan luka-luka namun tidak fatal.
China Central Television (CCTV) melaporkan, kereta yang sedang dalam perjalanan menuju provinsi Guangdong tergelincir setelah menabrak puing-puing yang jatuh ke rel di dekat terowongan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rekaman video yang diunggah oleh beberapa warganet China juga menunjukkan kerusakan parah pada bagian area pengemudi yang hancur akibat benturan. Sementara bagian tubuh kereta lainnya tetap utuh.
"Masinis kereta sayangnya meninggal," kata presenter CCTV, Sabtu (4/6).
Rekaman di media China sebelumnya juga menunjukkan penumpang dan anak-anak yang kebingungan dan berteriak di salah satu gerbong kereta setelah kecelakaan itu. Terlihat, makanan dan barang-barang berserakan di lantai gerbong yang dinyatakan masih 'selamat'.
"Ya ampun, apa yang terjadi?" seorang pria terdengar berkata dalam bahasa Inggris dalam rekaman tersebut.
CCTV melanjutkan, semua penumpang telah dievakuasi dari kereta, dan otoritas setempat tengah melakukan penyelidikan terkait penyebab kecelakaan kereta. Adapun dalam beberapa tahun terakhir, kecelakaan fatal jarang terjadi di jaringan kereta api China, yang merupakan sistem transportasi berkecepatan tinggi terbesar di dunia.
China mencatatkan kasus kecelakaan kelam pada 2017 silam, dua belas pekerja tewas dalam ledakan saat membangun terowongan kereta api berkecepatan tinggi di Guizhou.
Selain itu, kecelakaan dua kereta yang bertabrakan terjadi di kota timur Wenzhou dekat Shanghai yang menewaskan sekitar 40 orang pada tahun 2011. Kecelakaan itu kemudian memicu tuduhan bahwa pihak berwenang telah membahayakan keselamatan dalam terburu-buru untuk memperluas jaringan kereta.
Mengutip Washington Post, China memiliki rute kereta cepat terpanjang di dunia dengan jumlah 40 ribu km. Kereta biasanya melaju di kecepatan 300 km/jam.
Moda transportasi itu biasanya membawa ratusan juta penumpang setiap tahun. Meskipun, jumlah itu berkurang drastis akibat pandemi covid-19.
(khr/lth)