Saat menjamu Jokowi, orang nomor satu di Rusia itu juga mengecam sanksi dari Amerika Serikat dan sekutu gegara invasi ke Ukraina. Menurut Putin, sanksi Barat itu berdampak pada pasokan pangan global.
"Kami menekankan berulang kali bahwa ketidakseimbangan pasar pangan dunia adalah konsekuensi langsung dari kebijakan ekonomi makro yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara, penerbitan yang tidak terkendali dan akumulasi utang tanpa jaminan," kata Putin.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi semakin buruk karena pandemi virus corona.
"Namun, alih-alih mengakui bahwa kebijakan ekonomi mereka salah arah, negara-negara Barat semakin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarus, menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, dan memperumit asuransi kapal dengan biji-bijian dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan," kata Putin.
Menurut dia, Rusia memiliki itikad baik dan berusaha memenuhi semua kewajiban kontraktual terkait pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lain.
"Dalam konteks ini, kami menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu sanksi," tegasnya.
Dalam pidatonya, Putin menyebut akan menceritakan apa pun terkait situasi di Ukraina, termasuk Donbas. Wilayah yang kini menjadi arena pertempuran sengit pasukan Rusia dan Ukraina.
Namun, dalam konferensi pers itu Putin tak membeberkan lebih jauh.
"Tentu saja, selama pembicaraan kami juga membahas beberapa masalah regional dan internasional yang mendesak lain. Saya memberi tahu Presiden secara rinci soal perkembangan di Ukraina," jelas dia tanpa membeberkan apa-apa lagi soal isu tersebut.
Selain itu, Putin mendukung presidensi RI di G20.
"Kami tentu mendukung upaya Indonesia dan Presiden secara pribadi untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan G20 yang dijadwalkan berlangsung di Indonesia tahun ini," ujar Putin.
Presidensi G20 Indonesia sempat menjadi sorotan usai RI memutuskan mengundang Rusia, yang merupakan salah satu anggota forum ini.
Saat itu, sejumlah negara Barat ramai-ramai mengecam dan mengklaim akan memboikot acara ini. Namun, seruan tersebut kini tak terdengar lagi.
(isa/rds)