Sementara itu, WNI lain di Sri Lanka memutuskan kembali ke Indonesia.
Krisis yang semakin parah membuat Binsar Silaen dan keluarga pulang ke Indonesia setelah 20 tahun hidup di Sri Lanka. Ia tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada hari ini.
"Kami bertahan demi sekolah anak. Jadi harus menyelesaikan A level di sana. Dan dua pekan lalu sudah selesai ujian A-level nya sehingga sudah tidak ada lagi yang membuat kami harus tinggal di sana," tutur Binsar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Binsar mengatakan warga yang antre untuk mendapat bahan bakar minyak (BBM) mencapai 6 kilometer saat negara itu bangkrut.
"Karena hanya satu perusahaan saja yang menjual BBM maka antrian semakin panjang, bahkan saat ini mencapai 6 km," ujar dia.
Binsar mengakui stok BBM sudah menipis dan pasokan terdekat baru tiba sekitar 22-24 Juli mendatang. Saat ini hanya Indian Oil Company (IOC) yang menjual BBM untuk masyarakat umum, sementara perusahaan milik pemerintah Ceypetco, tak menjualnya.
Sebelum pulang ke RI, ia mengaku sempat antre gas dalam waktu yang lama.
Pasokan bahan bakar di Sri Lanka dilaporkan hanya tersisa untuk kurang dari satu hari.
Menteri Tenaga dan Energi Sri Lanka, Kanchana Wijesekera, mengatakan cadangan bensin tersisa sekitar 4.000 ton. Angka tersebut tepat di bawah konsumsi satu hari.
Di saat yang sama, antrean BBM masih mengular di Kolombo.
Mengantisipasi penggunaan BBM berlebih, pemerintah memperpanjang aturan kerja jarak jauh dan penutupan sekolah.
Sementara itu Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe, mengaku kekurangan bensin akan berlangsung hingga 22 Juli. Ia mengaku pihaknya sudah membuat kesepakatan impor untuk empat bulan ke depan.
"Kami telah mengambil langkah sejak saat itu terutama untuk mendapatkan gas yang akan tersedia dalam beberapa hari ke depan, solar dan juga minyak tungku," ucap Wickremesinghe dikutip Al Jazeera.
(isa/bac)